Tradisi Dikei Sakai, Sembuhkan Penyakit dengan Undang Roh Halus
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Metode pengobatan tradisional, hingga saat ini masih banyak di pakai di berbagai sudut kehidupan di Indonesia, tak terkecuali di Provinsi Riau. Salah satu wujud pengobatan tradisional, namun juga menerapkan hal mistis yakni tradisi Dikei Sakai.
Tradisi tersebut merupakan metode pengobatan Suku Sakai, dengan mengundang roh-roh halus untuk menyembuhkan aneka jenis penyakit. Upacara pengobatan itu, dipimpin oleh seorang dukun yang disebut dengan istilah kemantan.
Komponen utama yang dijadikan sebagai sarana penyembuhan dalam proses pengobatan ini dinamakan Mahligai 9 Telingkek atau 9 tingkat.
BACA JUGA:
Bergito, Tradisi Bertukar Darah Hingga Disiram ke Badan
Upacara Belian, Nyanyikan Mantra untuk Panggil Roh
Perempuan Haid Dilarang ke Lokasi di Meranti, Kenapa ya ?
Mahligai ini merupakan jalinan daun-daun khusus bernama daun angin-angin yang ada di hutan, dan di buat sebanyak tujuh tingkat ke atas. Komponen inilah yang memegang peran cukup penting dalam pengobatan.
Menurut kepercayaan sang kemantan, di atas puncak kesembilan itulah putri dari makhluk halus terlihat duduk di atas singgasana untuk membantu proses penyembuhan yang sedang berlangsung.
Selain mahligai 9 telingkek, ada juga beberapa obor api yang dihidupkan dari kayu damar. Pada proses pengobatan ini, nyala api digunakan hanya berasal dari nyala api damar tersebut.
Suasana remang-remang akan terlihat dan mengundang kesan mistis yang lebih dalam. Nyala api tersebut harus dijaga beberapa orang secara khusus, agar tidak padam. Penjaga api ini juga memiliki peran penting selama proses pengobatan berlangsung.
Seorang dukun akan menyanyikan mantera dengan bahasa suku Sakai, lalu satu atau dua orang menabuh gendang untuk mengiringi nyanyian mantera tersebut.
Sebuah tarian bernama olang-olang dilakukan untuk mengiringi tabuhan gendang dan alunan mantra yang dibacakan oleh kemantan.
Tari olang-olang dilakukan oleh seseorang, dengan menggunakan kain penutup berwarna hitam dengan gerakan, seperti mengepak-ngepakkan sayap sambil berputar-putar.
Menariknya, proses pengobatan ini berlangsung lebih dari satu jam dan harus dilakukan pada malam hari dalam hutan yang ditentukan oleh suku Sakai.