• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Sejarah Nama Natuna, Diabadikan di Buku Perjalanan Pendeta I Tsing

    Rumah lama di Natuna saat dulu (Dok. diskominfo.natunakab.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Kepulauan Natuna di Kepulauan Riau (Kepri), mempunyai sejarah yang sangat panjang di masa lampau.

    Pada abad ke -7 di belahan Barat Nusantara, berdirilah kerajaan Maritim Sriwijaya dengan armada dagang yang menguasai jalur-jalur pelayaran sebelah Utara. Yakni melalui Laut Cina Selatan, sebelah barat melalui Selat Malaka dan sebelah Timur menguasai Laut Jawa.

    Seorang pendeta Cina yang bernama I Tsing pada tahun 671 Masehi, singgah di Kerajaan Sriwijaya memberitakan tentang perjalanannya ke Sriwijaya dalam bukunya :

    “Ta.t ang yu ku fa kao seng chouan dan nan hai ki ko usi ne chouan” (Footnote)

    BACA JUGA:

    Ada Tradisi Nasi Dong Sambut Maulid Nabi di Natuna

    Tepuk Kening Hingga Uang Kubur, Ini Keunikan Tradisi di Natuna

    2 Surga Tersembunyi di Natuna Ini Bikin Ngiler Traveler

    Di antaranya mengisahkan perjalanan laut I Tsing di laut Cina Selatan, yang telah singgah di Gugusan pulau-pulau, ada yang besar ada yang kecil.

    Pulau Besar dalam bahasanya disebut NAN TOA. NAN berarti Pulau, dan  TOA berarti Besar, jadi artinya adalah Pulau Besar. Bermula dari sebutan  NAN TOA inilah, sejarah Natuna berawal.

    Setelah mengalami pasang surut Kerajaan Sriwijaya mundur dan diganti oleh Kerajaan Majapahit di tanah Jawa. Seluruh kepulauan Nusantara, takluk kepada kerajaan Majapahit dan tak luput pula kepulauan ‘Pulau Besar ‘ (Natuna sekarang).

    Pelaut-pelaut Majapahit dalam perjalanannya ke negeri Cina, Siam, Campa, Kamboja dan Annam (Vietnam) selalu menyinggahi ‘Pulau Besar’ (Natuna sekarang), baik waktu pulang maupun pergi untuk keperluan menambah perbekalan air dan menunggu angin kencang mereda.

    Pada waktu itu Gugusan ‘Pulau Besar” (Natuna sekarang), merupakan pulau yang berhutan lebat, banyak terdapat burung-burung Serindit, sejenis burung Bayan/ Kakatua yang kecil.

    Oleh karena itulah ‘Pulau Besar’ (Natuna   sekarang) berubah   sebutan   menjadi   atau diganti nama menjadi ‘Pulau Sendit’ (Natuna sekarang). Di pulau ini di beberapa telah ada  penghuninya antara lain Segeram, Seluan dan Setahas.

    Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis Putra Sultan Mahmud Syah I yaitu Sultan Allaudin Riayat Syah mendirikan Kerajaan Johor pada tahun 1530-1564 M, merupakan kelanjutan dari Kerajaan Malaka.

    Pada masa pemerintahan Sultan Allaudin Riayat Syah menempatkan atau mengangkat Datuk Kaya sebagai wakilnya di ‘Pulau Serindit’ (Pulau Bunguran yang menjadi Ibukota Kabupaten Natuna sekarang) yaitu:

    Pulau-pulau Jemaja – Datok Amar Lela
    Pulau-pulau Siantan – Datok Kaya Dewa Perkasa
    Pulau Serindit ( Kemudian Pulau Bunguran ) – Datuk Kaya Inddra Pahlawan
    Pulau Sabda (Kemudian Tambelan)-Datuk Kaya Timbalan Siamah.