• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Mengenal Tradisi Nyanyi Panjang Palalawan yang Hampir Punah

    Tradisi Nyanyian Panjang di Pelalawan Riau (Dok. riaumagz.com)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Nyanyi Panjang Pelalawan merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat asli Pelalawan, yakni Suku Petalangan di Provinsi Riau. Memang, tradisi ini mirip dengan tradisi Koba atau Bakoba yang ada di Rokan Hulu.

    Tradisi sastra lisan ini bercorak naratif atau bercerita, yang ditunjukkan kepada khalayak ramai oleh seorang tukang nyanyi panjang. Atau yang lebih lazim disebut Pebilang Nyanyian Panjang.

    Maknanya, penyampaian cerita melalui nyanyi yang memakan waktu yang panjang. Bahkan, terkadang dibutuhkan waktu lebih dari satu malam, dengan menggunakan nada-nada tertentu sesuai dengan jenis nyanyiannya.

    BACA JUGA:

    Kelintang, Alat Musik Pukul dari Indragiri Hilir Riau

    Ada Pantai di Tengah Sungai? Twin Island Jawabannya!

    Badewo, Panggil Dewa Demi Sembuhkan Penyakit

    Cerita-cerita yang dikisahkan dalam nyanyi panjang, merupakan buatan dari masyarakat Petalangan yang diturunkan secara lisan saja lho. Hebat bukan?

    Bentuk cerita yang dikisahkan dalam Nyanyi Panjang, yang merupakan bentuk prosa berirama, sering diulang dan struktur cerita mirip dengan hikayat Melayu lainnya.

    Menurut Tenas Effendy di tahun 1997,  asal usul dari nyanyi panjang ini merupakan tradisi penamaan tempat. Di mana, orang-orang Petalangan tinggal atau yang disebut dengan hutan tanah wilayat atau tanah wilayah.

    Isi nyanyian panjang juga bercerita tentang keadaan hutan dan lingkungan tempat mereka para pesukuan dan pebatinan berada.

    Hampir Punah

    Faktanya, nyanyian panjang juga berisikan makna dan pengetahuan tentang hukum adat, falsafah dan norma-norma sosial yang diwarisi secara turun temurun.

    Karena pada setiap Nyanyian Panjang dilengkapi dengan amanat, petuah dan nasihat serta pesan-pesan moral tentang nilai-nilai luhur budaya.

    Sayangnya, Nyanyian Panjang nyaris punah, karena hutan-hutan di wilayah Pelalawan sudah makin tergerus pembangunan.