Kokohnya Kelenteng Hoo Ann Kiong Yang Berusia 150 Tahun
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Klenteng Hoo Ann Kiong di Kota Selat Panjang, Pulau Tebingtinggi Kepulauan Meranti, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dipercaya sebagai kelenteng tertua. Artinya, usia kelenteng ini diyakini sekitar 150 tahun.
Kota Selat Panjang memang tidak terlalu besar. Namun, kota ini punya sejarah panjang jauh sebelum kemerdekaan.
BACA JUGA:
Tua Pek Kong, Klenteng dan Vihara Dalam 1 Komplek di Batam
Belajar Toleransi Antaragama dari Klenteng Sun Te Kong di Tanjungpinang
Banyan Tree Temple, Klenteng Ratusan Tahun Berselimut Akar Pohon
Diperkirakan, pertengahan abad ke 19 atau sekitar tahun 1800-an, etnis Tionghoa dari daratan Cina sudah merantau ke sana.
Dahulu, pulau itu hanyalah hutan belantara. Berdasarkan catatan sejarah, lebih dari 150 tahun silam etnis Tionghoa sudah berada di sana.
Warga Tionghoa yang menetap di sana memulai hidup dengan membuka usaha kayu, membabat hutan, untuk menanam karet, menanam sagu serta sayu-sayuran.
Keberhasilan para perantau awal inilah, yang lantas disusul oleh perantau lainnya. Mereka bersama-sama membangun berbagai fasilitas di pulau tersebut, termasuk tempat peribadatan seperti kelenteng.
Seiring pertumbuhan masyarakat Tionghoa kala itu, maka nenek moyang mereka pun membangun tempat peribadatan. Yang kini dikenal dengan sebutan keleteng bernama Hoo Ann Kiong (Vihara Sejahtra Sakti). Meski faktanya, tidak ada yang tahu kapan persisnya bangunan tempat ibadah itu berdiri.
Namun, masyarakat Tionghoa meyakini bangunan itu sudah ada sekitar tahun 1850-an. Kelenteng itu sempat beberapa kali pindah lokasi. Tapi, sejumlah bangunan tua seperti tiang-tiang penyanggah pintu masuk tetap dibawa kemanapun lokasi berpindah.
Penyangga Genteng Ratusan Tahun
Klenteng warna merah dengan ornamik khas Cina itu, kini dihimpit bangunan ruko. Bagian tempat peribadatan itu memang bukan lagi bentuk aslinya.
Bila dilihat sekarang, bangunan tempat pemujaan bagian dalam sudah sangat modern. Ornamik khas ukiran Cina serta patung budha didatangkan langsung dari negeri Tirai Bambu itu.
Uniknya, pintu gerbang bercat merah, termasuk tiang-tiangnya sekilas terlihat terbuat dari besi. Tapi rupanya, tiang penyangga genteng tersebut masih menggunakan tiang pertama kelenteng.
Artinya, pintu gerbang untuk memasuki ke dalam kawasan kelenteng masih merupakan peninggalan zaman dulu!
Tidak hanya tiang penyanggahnya saja yang dari terbuat dari kayu masa lampau. Ada empat daun pintu sebagai penutup, yang juga masih terbuat dari papan. Tiang penyanggah atapnya ternyata tidak menggunakan satu paku pun.
Antara kayu ke kayu yang lain hanya dipasang pasak saling mengikat. Di bagian ujung tiang ke tiang lainnya selain menggunakan sekat juga dibalut dengan rotan.