• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Inilah Filosofi Masjid Agung, Landmark Kabupaten Natuna

    Masjid Agung Natuna, di Kabupaten Kepulauan Natuna Kepri (Dok. disparbud.natunakab.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Kemegahan dan keindahan langsung tergambar di bangunan Masjid Agung Natuna. Masjid ini merupakan landmark Kabupaten Kepulauan Natuna, di Kepulauan Riau (Kepri).

    Bangunan fisik rumah ibadah umat muslim ini, sangatlah besar dan luas. Bahkan total keseluruhannya mencapai 5.500 meter persegi, yang bisa menampung hingga 5.000 orang jemaah.

    BACA JUGA:

    Asrinya Masjid Agung Karimun yang Dikelilingi Puluhan Pohon Kurma

    Ini Alasan Menara Masjid Haji Abdul Ghani di Karimun Berbentuk Kerucut

    Masjid Al-Mubarak, Saksi Bisu Syiar islam di Karimun Kepri

    Lokasi Mesjid Agung sangat mudah ditempuh karena keberadaanya tepat di jalam protokol kota Ranai, dengan akses pintu masuk yang luas.

    Ada juga taman dan sungai sepanjang 1,2 Kilometer di tengah-tengah Masjid Agung Natuna. Pemandangannya, mengingatkan kita pada bangunan makam Indah Mum Taj Mahal di India.

    Setiap sudut bangunan yang memiliki kubah raksasa ini, mempunyai filosofi tersendiri. Masjid yang didominasi berwarna hijau dan kuning telur ini, mempunyai 4 unit menara, dengan ketinggian 17 meter.

    Ternyata, angka 17 itu mengapresiasikan 17 jumlah rakaat dalam 5 waktu. Ada juga keistimewaan dari Masjid Agung Natuna, yang dilengkapi dengan dinding. 

    Yang mampu memberi udara segar dan sejuk di dalam ruangannya, karena dindingnya desain dengan model dinding lubang angin. Sehingga suhu udara di dalam masjid, tetap sejuk. Didalamnya tersedia dua lantai tempat sholat.

    Bangunan ini juga mempunyai lorong-lorong dengan bentuk yang sama. Filosifinya yaitu umat Islam selalu melakukan hal selalu diulang-ulang, seperti sholat, khutbah pada sholat Juma’at dan sebagainya.

    Untuk beduk di masjid ini, memiliki ukuran yang cukup besar yaitu, sepanjang 5 meter dengan garis diameter 2 meter.

    Pembuatan beduk ini diperlukan waktu lebih kurang 8 bulan yang dibuat dari kayu hutan yang ada di Natuna, yaitu Desa Kelarek.