• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Makam Merah, Persemayaman Terakhir Raja Muhammad Yusuf yang Alim

    Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi (IST)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Cagar budaya di Kepulauan Riau (Kepri) sangat banyak dan beragam. Inilah yang membuat Kepri, tak hanya meluku menjual objek wisata bahari, melainkan juga wisata budaya dan religi.

    Jika berkunjung ke Kecamatan Lingga di Kabupaten Lingga Kepri, bisa sekaligus berwisata religi menuju daerah Daik. Terdapat makam bernama Makam Merah di sini. Makam tersebut, berdekatan dengan area Istana Damnah Kesultanan Riau.

    BACA JUGA:

    Situs Makam Merah, Misteri Tempayan Tak Pernah Kekeringan Air

    Berlibur ke Senggarang Tanjungpinang, Serasa di Negeri Tirai Bambu

    Yuk Berkunjung ke Museum Raja Ali Haji

    Makam Meram merupakan tempat persemayaman akhir, dari salah satu sultan Riau, yaitu Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi.

    Dia merupakan salah satu bangsawan Kesultanan Riau. Sedangkan untuk beberapa makam di sekitarnya yang ada di sini, diperkirakan adalah makam dari istri serta keluarga dari sultan tersebut.

    Makam Merah tercatat dalam Registrasi Nasional Cagar Budaya (RGCB). Situs cagar budaya ini disebut Makam Merah, karena dahulu lantai selasar dan bangunan atap makam semuanya berwarna merah.

    Tiangnya terbuat dari besi, pagarnya dari besi dan atapnya seng tebal. Makam ini tidak berdinding dan atapnya berbentuk segi empat melingkari makam.

    Perpustakaan Kutub Khanah Marhum Ahmadi

    Ternyata, berdasarkan catatan sejarah, sosok Muhammad Yusuf Al Ahmadi berjasa besar dalam pengembangan khasanah budaya Melayu.

    Ia membangun perpustakaan yang bernama Kutub Khanah Yamtuan Ahmadi, yang kemudian lebih terkenal dengan Kutub Khanah Marhum Ahmadi.

    Pustaka ini memberi bukti bahwa di Riau, pernah tampil pemegang teraju pemerintahan yang punya sentuhan budaya atau pejabat yang bernafaskan cendekiawan.

    Inilah raja atau pejabat yang punya kesadaran dan pandangan jauh ke depan, tentang masyarakat, budaya dan agamanya.

    Dia dapat dikatakan sebagai raja, yang punya sentuhan antropologis. Tidak hanya pandai bertitah, tapi lebih banyak merenungkan tentang nasib rakyatnya.

    Raja Muhammad Yusuf adalah raja yang alim. Dia menganut tarekat Naksyahbandiyah. Sebagai seorang yang punya pemahaman agama yang memadai, tentulah pemegang teraju kerajaan ini dapat melihat bagaimana hubungan agama dengan ilmu serta hubungan ilmu dengan pustaka.

    Jumlah Besi Tak Pernah Sama

    Menurut cerita turun-temurun, Sultan Mahmud Syah III ini mengalihkan sentral dari kerajaannya ke wilayah Daik sekitar tahun 1787 M.

    Sehingga beberapa bangunan seperti istana raja dan yang lainnya, juga dibangun ditempat ini. Sampai akhirnya beliau para raja wafat dan disemayamkan di daerah Daik.

    Terdapat beberapa mitos yang ada di cagar budaya ini. Salah satunya yakni kepercayaan masyarakat tentang pagar besi, yang selalu berubah-ubah ketika ada seseorang yang menghitung jumlahnya.

    Selain itu, ada kepercayaan juga tentang tempayan yang tidak pernah kering air di dalamnya, meskipun tidak ada yang mengisi air tersebut.