Gurindam 12 Pasal 4, Tabiat yang Muncul dari Hati dan Pikiran
Batam, Melayupedia.com – Dalam bukunya yang berjudul puisi lama St. Takdir Alisyahbana, menjelaskan tentang Gurindam 12, yang merupakan karya Raja Ali Haji (1809-1972).
Di mana, gurindam biasanya terjadi dari sebuah kalimat majemuk, yang di bagi menjadi 2 baris bersajak.
Dr. J.S Badudu, dalam bukunya sari kesustraan Indonesia menjelaskan, gurindam sebenarnya merupakan sebuah kalimat yang terbagi dua dengan akhir baris berirama sama.
BACA JUGA :
Gurindam 12 Pasal 1, Mengingatkan akan Pentingnya Nilai Agama
Gurindam 12 Pasal 2, Memaknai Akibat dari Meninggalkan Kewajiban Umat Islam
Gurindam 12 Pasal 3, Ajarkan Budi Pekerti ke Sesama
Gurindam termasuk ke dalam puisi lama yang banyak, terdapat dalam masyarakat Melayu Indonesia. Gurindam ini dinamakan Gurindam 12 karena gurindam tersebut terdiri dari dua belas pasal. Hampir semua lariknya mempunyai rima yang sama dalam satu bait.
Pasal 4 Gurindam 12, berisi tentang karakter atau tabiat dalam diri seseorang, yang berasal dari hati dan pikiran.
Ini Gurindam 12 Pasal 4 :
Hati itu kerajaan di daiam tubuh,
Jikalau zalim segala anggotapun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah,
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
Itulah perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
Mulutnya itu umpama ketor.
Di mana tahu salah diri,
Jika tidak orang lain yang berperi
Makna yang terkandung dalam Pasal 4 :
Hati itu kerajaan di dalam tubuh.
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh.
Artinya : Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama.
Apabila dengki sudah bertanah.
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Artinya : Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir.
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Artinya : Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya.
Pekerjaan marah jangan dibela.
Nanti hilang akal di kepala.
Artinya : Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kita.
Jika sedikitpun berbuat bohong.
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Artinya : Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata orang lain.
Tanda orang yang amat celaka.
Aib dirinya tiada ia sangka.
Artinya : Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri sampai harus dikatakan oleh orang lain.
Bakhil jangan diberi singgah.
Itulah perompak yang amat gagah.
Artinya : Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru harta kita akan bertambah
Barang siapa yang sudah besar.
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Artinya : Jagalah setiap perbuatan kita
Barang siapa perkataan kotor.
Mulutnya itu umpama ketor.
Artinya : Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.
Di manakah salah diri.
Jika tidak orang lain yang berperi.
Artinya : Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf.
Pekerjaan takbur jangan direpih.
Sebelum mati didapat juga sepih.
Artinya : Jangan mengambil pekerjaan yang haram.