• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Mengenal Sultan Mahmud Riayat Syah, Sultan 3 Negara di Masanya

    Sultan Mahmud Riayat Syah (Dok. kebudayaan.kemdikbud.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Di tanah Melayu, Sultan Mahmud Riayat Syah adalah sosok terkenal, bahkan hingga kini.

    Ia adalah Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga dengan wilayah taklukannya kini menjadi tiga buah negara, yakni Indonesia, Singapura dan Malaysia.

    Sultan Mahmud lahir pada tanggal 24 Maret 1756. Ia adalah anak bungsu dari sultan Johor ke-13, Abdul Jalil Muazzam Syah dengan istri keduanya, Tengku Puteh.

    Menurut catatan sejarah, ia diangkat menjadi sultan pada saat masih belia, yakni berusia 14 tahun. Sepanjang hidupnya, ia aktif dalam melawan Belanda.

    Strategi gerilya laut yang dikembangkannya melawan Belanda menjadikan sosok ini jadi lawan yang ulet bagi Belanda hingga ia wafat.

    Ia memerintah dari tahun 1770 sampai 1811. Sultan Mahmud Riayat Syah, terkenal dengan kegigihannya dalam melawan Belanda.

    Ia melawan Belanda dengan strategi perang gerilya Laut, sehingga kedaulatan Sultan Mahmud Riayat Syah diakui oleh Belanda. Yakni sebagai penguasa terbesar kesultanan, di tanah Melayu pada masa itu.

    Ketika ia akhirnya memimpin menjadi Sultan, Sultan Mahmud Riayat Syah memiliki empat orang yang di-Pertuan Muda.

    Keempat orang tersebut adalah YDM Daeng Kemboja, YDM Raja Hasi Fisabilillah, YDM Raja Ali, dan YDM Raja Jaafar.

    Perjanjian VOC

    Sayangnya , pada tahun 1784 Belanda mulai menyerang Kerajaan Johor di Hulu Riau. Belanda mengirim kapal utrecht serta enam buah kapal perang, di bawah komando Jacob Pieter van Braam. 

    Perang antara Johor dan Belanda pun pecah yang berakhir, dengan kemenangan Belanda. Akhirnya, pada 10 November 1784, Sultan Mahmud Riayat Syah menandatangani perjanjian dengan VOC. 

    Perjanjian tersebut menyatakan bahwa Pelabuhan Riau menjadi milik Belanda, Monopoli Bugis di atas kantor YMD harus berakhir, dan Larangan untuk orang Bugis memegang jabatan di pemerintahan Johor.

    Pada Juni 1785, Belanda kembali ke Hulu Riau yang menimbulkan rasa tidak senang Sultan Mahmud Riayat Syah. 

    Ia pun menghimpun kekuatan dengan Raja Tempasuk dan Raja Ismail asal Johor, untuk melawan Belanda. Pertempuran dimulai pada 13 Mei 1787, dengan pasukan Sultan Mahmud Riayat Syah yang melakukan gerilya.

    Berkat strategi perangnya di perairan tempat ia memimpin, Belanda pun berhasil di pukul mundur pada Mei 1787. Wajar, jika Sultan Mahmud kemudian dijuluki 'sang Hantu Laut' dari tanah Melayu.

    Akhir Hayat

    Sultan Mahmud Riayat Syah wafat di Daik, Lingga, 12 Januari 1811. Jenazahnya kemudian dimakamkan di belakang Majid Sultan, Daik Lingga, dan hingga kini masih ramai diziarahi masyarakat hingga para tokoh ternama.

    Untuk menghargai jasa-jasanya, Presiden Joko Widodo menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia, pada tahun 2017 lalu.