• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Ada Kisah Menarik dari Altar Lau Chou di Vihara Bahtra Sasan Tanjungpinang

    Vihara Bahtra Sasan Tanjungpinang Kepri (Dok. Batampos.co.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Di Tanjungpinang Kepulauan Riau (Kepri), terdapat Cagar Budaya Tidak Bergerak Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat (Sumbar).

    Yakni Klenteng Tien Hou Kong, atau yang dikenal pula dengan nama Vihara Bahtra Sasana.


    Klenteng ini dibangun sekitar tahun 1857, oleh masyarakat Cina di Tanjungpinang dari etnis Hokien, dengan kekhasan arsitektur dan masa gaya yang khas dari etnis Cina.

    Pada tahun 1975, klenteng ini diresmikan sebagai vihara dan sampai sekarang masih digunakan dengan fungsi yang sama.

    Menariknya, jika dilihat dari atas, bangunan ini terbagi menjadi tiga ruangan.

    Pada ruang depan klenteng yaitu ruang pertama dan kedua terdapat beberapa dewa, yang biasa dipuja oleh orang-orang Tionghoa.

    ntara lain Dewa Ma Chou (penjaga laut), Tua Pek Kong (pelindung), Cia Lan Pho Sak (agar sukses dalam belajar), Chai Sheng Ya (banyak rejeki).

    Sementara, di ruangan bagian belakang, terdapat Dewa Thai Soi Kong (untuk buang sial), Kuan Ti Kong (keselamatan), Lau Chau (dewa penyembuh).

    Sepert klenteng pada umumnya, Tien Hou Kong juga didominasi dengan warna merah, yakni dari bagian dinding, tiang, lantai hingga ke atap.

    Bagian atapnya sendiri dihiasi dua buah naga saling berhadapan, dengan mengapit mutiara yang berada didalam bara api.

    Nuansa klasik merupakan nilai lebih, dari vihara yang sudah berusia ratusan tahun ini.

    Pintunya saja setebal sepuluh sentimeter, dilengkapi slot pasak kayu khas tempo dulu.

    Sementara, ketika menengadahkan kepala, tampak jejalin kayu-kayu berukir naga yang kehitaman.

    Altar Lau Chou

    Di klenteng ini, juga terdapat sebuah altar bernama Lau Chou. Terdapat kisah menarik dari altar kuno ini.

    Konon, Lau Chou ini yang menjadi dasar penentuan lokasi didirikannya Vihara Bahtra Sasana di Jalan Merdeka.

    Pada masa itu, rombongan etnis Tionghoa yang datang dari Cina, Datang ke Tanjungpinang dengan memanggul Lau Chou.

    Bentuk Lau Chou sendiri, menyerupai singgasana panggul seorang raja, hanya saja berbentuk lebih mini.

    Mereka merapat di Tanjungpinang malam hari. Akibat lelah mengarungi perjalanan panjang, rombongan dari Cina pun itu beristirahat di lokasi yang sekarang dijadikan Vihara.

    Pada pagi hari saat mereka berniat melanjutkan perjalanan, keanehan muncul. Lau Chou tidak bisa diangkat sama sekali.

    Dari situ, rombongan tersebut mengerti, dan kemudian mendirikan Vihara di sini.

    Sayang, klenteng ini dipugar pada tahun 2019 lalu, diduga tidak didampingi dengan tenaga ahli yang berkompeten di bidang cagar budaya.

    Pemugaran ini menghancurkan sebagian ruas patung di atap klenteng, yakni patung naga, dan melepaskan bagian atap kelenteng.