Yuk Berwisata Religi ke Vihara Cetiya Tri Dharma
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Bukti pulau Buru kaya atas catatan sejarah, tidak terbatas pada keberadaan situs berupa makam, perigi atau masjid saja.
Terdapat satu lagi tapak bersejarah lain, yang sudah berumur 100 tahun lebih, yakni Vihara Cetiya Tri Dharma, di Kabupaten Karimun Kepri.
Dulu, sebelum resmi bernama Cetiya Tri Dharma, viara ini merupakan klenteng bernama Bu Sua Teng.
Kendati telah berganti sebutan, namun nama Bu Sua Teng hingga kini masih terpampang jelas di atas pintu masuk bangunan utamanya.
Pada masa awal pendirian, vihara ini hanya memiliki satu ruang, yakni bangunan utama yang berukuran sekitar 10 x 5 meter saja.
Bangunan itu hingga sekarang masih berdiri kokoh. Lantainya yang terbuat dari marmer sama sekali tidak pernah di sentuh renovasi.
Gentengnya yang notabene buatan Perancis dan bercap 'Gichard Carvin & Cie, Marseille Standre'.
Kalaupun ada perbaikan, hanya pada dinding yang diplester ulang, untuk menghindari retak atau keropos.
Pintu utama yang berada disisi depan, juga hanya direnovasi, berupa pengecatan ulang serta penambahan pagar teralis setinggi setengah meter.
Lalu, daun pintu dan kusennya, tetap mempertahankan kayu lama dan tidak sedikit pun mengubah bentuk aslinya.
Berbagai catatan menyebut, bangunan utama yang didominasi warna merah terang ini, dibangun sekitar tahun 1832.
Tidak diketahui persis siapa penggagas dibangunnya vihara ini, tetapi dari sumber lisan yang kerap dituturkan warga sekitar, bangunan itu telah ada dari dulu sebelum masjid Jami' Abdul Ghani didirikan.
Bahkan warga meyakini bahwa masjid bersejarah itu, dibangun oleh orang yang sama yang membangun klenteng Bu Sua Teng.
Untuk menambah kenyamanan warga yang hendak sembahyang, sejak beberapa dekade belakangan, vihara ini telah melakukan renovasi.
Yakni menambah bangunan pendukung yang posisinya berada persis di depan bangunan utama.
Cukup lebar dan memiliki dua bagian. Satu berupa panggung yang posisi menjorok kearah laut, satunya lagi berupa ruang terbuka yang memiliki tiang penyangga sebanyak 12 buah.
Masing-masing tiang, diberi pahatan berornamen naga serta ayam jago. Sisi bawahnya, terdapat satu altar untuk membakar dupa yang memiliki lebar satu meter dan tinggi satu setengah meter.
Seperti juga kebanyakan vihara di Kepulauan Riau (Kepri), saat momen-momen tertentu seperti Imlek, vihara ini ramai dikunjungi orang.
Parasnya pun disolek dengan ornamen-ornamen khas Imlek seperti lampion serta lampu-lampu hias lainnya yang umumnya berwarna merah, terang dan semarak.
Kalau kamu ke Pulau Buru, tidak sulit menemukan Vihara ini, karena posisinya berada di Bibir Pantai.
Persisnya berada di Jalan Pendidikan RT 01 RW 06. Masih satu jalur dengan masjid Jami H Abdul Ghani. Kira-kira seratus meter dari pelabuhan Masjid Pulau Buru.