• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Masjid Al-Mubarak, Saksi Bisu Syiar islam di Karimun Kepri

    Masjid Al-Mubarak Karimun Kepri (IST)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), ternyata memiliki peninggalan sejarah yang berpengaruh dalam pengembangan syiar Islam, yaitu Masjid Al-Mubarak.

    Tak disangka, masjid ini dibangun pada tahun 1873 Masehi, tepat di abad ke-17. Dan kini, menjadi salah satu tujuan wisata religi di Karimun.

    Menurut catatan sejarah, masjid yang terletak di Kelurahan Meral Kota, Kecamatan Meral, Karimun ini, memiliki peranan penting.

    Terutama dalam penyebaran syiar Islam yang mempunyai korelasi dengan sejarah Melayu.


    Masjid Al-Mubarak dibangun oleh Raja Abdullah bin Raja Ahmad Engku Tuah, yang merupakan cucu dari Raja Haji Fisabillilah.

    Dahulu, pelabuhan pertama yang ada di Pulau Karimun berada tepat di depan masjid ini.

    Kawasan Meral yang menjadi lokasi keberadaan masjid, yang dibangun abad ke-17 itu.

    Kawasan ini merupakan tempat kapal para saudagar dari Arab, Cina dan India untuk mengumpulkan rempah-rempah.

    Pada masa itu, para saudagar mengembangkan syiar Islam dan membangun masjid.

    Setelah dibangun, ini menjadikannya masjid tertua ketiga di Kepulauan Riau, setelah masjid Abdul Gani, di Pulau Buru, Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun.

    Uniknya, material batu bata untuk membangun masjid dengan luas lahan 3.600 m persegi ini, oleh tukang-tukang China didatangkan dari pabrik batu bata di Kampung Sebranggana di Pulau Buru.

    Ini sama seperti batu bata, yang dipergunakan untuk membangun masjid Raja Haji Abdul Ghani di Pulau Buru, Kecamatan Buru.

    Bangunan awal Masjid Raya Al-Mubarak di Meral ini, kaya akan seni arsitektur campuran, namun masih mengedepankan seni arsitektur bangunan masjid Melayu tradisi.

    Seiring dengan perkembangan waktu, masjid yang diperkirakan dapat menampung 300 orang jemaah itu mengalami sejumlah perubahan, terutama di komponen bangunan.

    Demikian ciri khas aritektur asalnya sebagai sebuah seni bina masjid Melayu, masih tetap tampak dari bumbung atau atap utamanya.

    Pada tahun 2010 lalu, renovasi dilakukan dengan membangun teras masjid. Saat ini terdapat teras yang mengelilingi masjid tersebut.

    Hingga saat ini, masjid tersebut kerap digunakan masyarakat bahkan para pegawai kantoran untuk melaksanakan ibadah shalat lima waktu.

    Selain itu juga ada pendidikan Alquran untuk anak-anak di masjid itu.