Pencak Silat, Bela Diri Khas Melayu yang Sarat akan Sisi Spiritual
Batam, Melayupedia – Siapa yang tak kenal dengan bela diri Pencak Silat. Berbagai gerakan menghindar dan menyerang, menjadi cara untuk melindungi diri. Silat merupakan salah satu gerakan bela diri orang melayu.
Bahkan di ilmu bela diri silat, sarat akan gerakan kelincahan, ketangkasan, ketepatan dan kecepatan gerakan.
Dengan kemampuan -kemampuan tersebut , seorang yang belajar silat dapat menghadapi lawan secara mudah. Dan untuk mempelajari silat, tidak dikhususkan untuk kaum laki-laki, kaum perempuan pun berhak untuk berlatih.
Namun di balik ketangkasan dan kelincahan yang sifatnya fisik, silat juga menyangkut masalah psikis atau spiritual. Silat bukan semata-mata mendidik bagaimana tubuh menjadi lincah dan tangkas saja. Terdapat sisi piritualitas yang juga hendak dibangun.
Terkadang sisi spiritualitas tersebut, tertutupi oleh citra-citra yang muncul selama ini. Belajar Silat, sama saja dengan belajar menuntut ilmu pengetahuan yang lainnya. Bahwa orang yang pandai Silat, diharapkan juga semakin pandai dalam menjaga budi pekerti, etika, atau moralitas.
Kepandaian silat bukan ditujukan untuk mencari lawan ataupun musuh, untuk mencoba kepandaian atau menaklukkan orang. Namun, yang menguasainya harus memanfaatkan untuk kebaikan.
Para penggiat silat di Bintan Kepulauan Riau (Kepri), mempunyai tradisi mandi sebelum melakukan latihan Silat. Mandi ini lebih ditujukan kepada murid baru yang hendak berlatih atau berguru Silat.
Pada jenis mandi untuk Silat tersebut, disyaratkan tiap orang yang hendak berlatih silat membawa tiga buah jeruk limau.
Jeruk limau itu diserahkan kepada guru yang hendak mengajarkan silat. jeruk limau yang telah terkumpul nantinya akan didoakan olehnya. Namun sebelum didoakan, jeruk limau diiris-iris terlebih dahulu dengan pola-pola tertentu.
Ada beberapa aturan-aturan yang sifatnya umum, yang diberlakukan oleh para pendukung kesenian silat melayu ini, antara lain:
1. Doa Tolak Bala
Tempat berlatih silat dapat dilaksanakan di mana saja. Salah satu yang menjadi unsur pertimbangan untuk belajar silat, adalah tempat yang lapang misalnya didalam gedung, lapangan, halaman rumah dan sebagainya.
Masyarakat tradisional memandang, bahwa alam merupakan bentuk masyarakat yang luas. Alam semesta dihuni oleh makhluk-makhluk lain selain manusia. Makhluk-makhluk tersebut dapat mengganggu ataupun membuat kerusakan pada diri manusia.
Maka, dibutuhkan suatu sarana yang menjembatani antra ruang gaib dengan dunia manusia. Doa tolak bala, demikian masyarakat melayu menyebutnya, dirapalkan untuk menjauhkan atau menolak ganguan-ganguan aktifitas manusia yang mungkin muncul daari makhluk makhluk halus tersebut.
2. Mandi Jeruk Limau
Mandi merupakan aktifitas yang telah biasa dilakukan oleh masyrakat manapun. Namun sebagian masyarakat juga, menempatkan mandi sebagai aktifitas yang mengiringi peristiwa-peristiwa atau momen momen sakral.
Mandi yang mengiringi peristiwa atau momen sakral tersebut, menjadikan mandi bukan aktifitas profane biasa.
Masyarakat pendukungnya menyelipkan nilai-nilai atau makna dan menyakininya. Mandi-mandi tersebut, dapat ditemukan didalam masyarakat antara lain, mandi safar, mandi besar , mandi kembang dan sebagainya.
Begitu juga dengan para penggiat silat di Bintan. Mereka juga mempunyai tradisi mandi sebelum melakukan latihan silat. Mandi ini lebih ditujukan kepada murid baru yang hendak berlatih / berguru silat.
Pada jenis mandi untuk silat ini, disyaratkan tiap orang yang hendak berlatih silat membawa tiga buah jeruk limau. Jeruk limau itu diserahkan kepada guru yang hendak mengajarkan silat.
Jeruk limau yang telah terkumpul nantinya akan didoakan. Namun sebelum didoakan , jeruk limau tersebut diiris-iris terlebih dahulu dengan pola-pola tertentu.