• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Kain Telepuk Khas Lingga, Dahulu dan Kini

    Proses pembuatan Kain Telepuk khas Kabupaten Lingga Kepri (Dok. disbud.kepriprov.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Seperti halnya kain songket yang berasal dari kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).

    Di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau (Kepri) juga, ada kain tradisional yang tak kalah indah dari kain tradisional yang terdapat di setiap daerah, namanya kain telepuk atau telepok.

    Makna dari kain telepuk, yakni menelepuk atau memberikan motif pada kain menggunakan kertas emas dengan cap.

    Dari segi corak, Kain Telepuk berwarna dasar biru tua dan bermotif bunga-bunga kecil-kecil berwarna kuning emas.

    Membuat motif kain telepuk secara tradisional menggunakan kertas emas, dengan cara di cap pada kain, dengan perekat tertentu.

    Dalam tradisi berpakaian di Lingga, kain telepuk dipakai untuk acara adat istiadat, seperti pengantin bersanding dan menghadiri majelis upacara adat.

    Uniknya, oang-orang tua di Lingga menyatakan, kain telepuk tidak lazim dipakai oleh kaum wanita dan hanya dikhususkan untuk kaum laki-laki lho..

    Di wilayah Daik, sebagai tempat kedudukan istana Sultan Lingga-Riau, terdapat tempat pembuatan kain telepuk.

    Rumah Datuk Laksamana Lingga Haji Encik Muhammad Yusuf di Kampung Tengah Daik, pernah menjadi tempat pembuatan kain telepuk. Di rumah ini dapat ditemui  peninggalan berupa cap berbahan kayu untuk pembuatan kain telepuk.

    Selain rumah Datuk Laksamana, rumah milik Syarifah Luk yang berada di Kampung Putus Daik pernah juga menjadi tempat pembuatan kain telepuk.

    Menurut Said Barakbah Ali, rumah ini milik buyutnya Said Abdullah al-Yahya menantu dari Orang Kaya Lingga Encik Montel yang dibangun zaman Kerajaan Lingga-Riau.

    Said Barakbah Ali juga menyatakan, buyutnya Said Abdullah Ali seorang pengusaha sukses dan juga menggeluti perdagangan kain.

    Hanya Kaum Bangsawan

    Kain Telepuk khas Kabupaten Lingga Kepri (Dok. disbud.kepriprov.go.id)

    Menurut riwayat sejarah terciptanya kain tradisional ini, Telepuk awalnya merupakan kain dari suku Bugis sebagai pendatang.

    Dan merupakan akultrasi antara Budaya Melayu dan Budaya Bugis, yang pada saat itu merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di tanah Melayu.

    Ternyata, tercatat dalam sejarah Kerajaan Lingga-Riau, kain Telepuk tidak boleh sembarangan dipakai oleh masyarakat Melayu.

    Mengenai aturan istiadat bekerja besar bertabal kawin, kain telepuk dilarang dipakai oleh masyarakat yang bukan bangsawan di dalam menghadiri majelis.

    Dalam membuat corak pada kain telepuk, ditambah motif kepala kain yang berbeda dengan motif dasar.

    Kepala kain terletak di tengah-tengah dengan ukuran tertentu sepanjang lebar kain. Sedangkan kepala kain dibuat sebagai penghias kain, agar lebih nampak indah.

    Dan jika dipakai diletak pada bagian belakang sebagai penanda pakaian kaum laki-laki. Di masa kini karena keterbatasan peralatan, pembuatan motif kain Telepuk sudah mengikuti cara modern.

    Pengrajin menggunakan plastik tipis transparan yang telah ditebuk tembus dengan bentuk motif tertentu.

    Kain yang akan diberi motif diletakkan plastik sebagai acuan motif, kemudian diberi olesan cairan kental berwarna kuning keemasan berbahan tertentu.

    Setelah dioles, plastik diangkat dan meninggalkan bentuk motif tertentu berwarna kuning keemasan.

    Kain yang telah diberi motif selanjutnya di jemur di bawah panas matahari hingga mengering. Selanjutnya agar bisa digunakan sebagai kain dagang, kain telepuk dijahit untuk dijadikan kain sarung.