Kerajaan Melayu Kota Kara, Berjaya Sebelum Berdirinya Kerajaan Siak Indrapura
BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Di Situs Kota Kara menurut sejarahnya, pernah berdiri sebuah kerajaan di Kepulauan Riau (Kepri), tepatnya di Pulau Bintan.
Konon, kerajaan ini berdiri sebelum adanya Kerajaan Melayu Singapura, Johor, Melaka, Riau,, maupun Siak Indrapura. Terbayang bukan, betapa lawasnya peninggalan situs ini di Bintan.
Berdasarkan cerita pusaka yang melegenda, di sekitar Kawasan Bukit Batu, dan Sekuning menyebutkan, Kota Kara sebagai tempat raja.
Terletak di kawasan di kaki sebelah utara Gunung Bintan, di mana sekarang terdapat komplek Makam Datuk Bujuk.
Pada periode ini, Kota Kara disandingkan dengan Kopak, sebagai pusat pemerintahan raja Malaka yang terakhir.
Konon, Kota Kara terdapat di dua wilayah, yakni di Johor dan di Bintan. Sebagai benteng terluar, Kota Kara di Sungai Bintan berfungsi untuk melindungi Kopak, Bukit Batu, Pantar dan lainnya.
Sultan Mahmud sendiri, mengukuhkan tapak pemerintahannya yang baru di Pulau Bintan sejak Januari 1513, dengan membangun Kota Kara.
Kota tersebut berfungsi sebagai benteng dan untuk melindungi Kopak. Sultan Mahmud berada di Bintan, selama empat tahun berikutnya.
Lalu, dia pindah ke Pagoh sekitar tahun 1518 atau tahun 1519. Kemudian di tahun 1520, Antonio Correa menyingkirkanya dari Pagoh. Dan akhirnya, Sultan Mahmud kembali lagi ke Bintan 1526.
Digempur Portugis, Kota Karang Lumpuh
Armada Portugis yang dipimpin Admiral Mascarenhas, dengan dukungan 20 buah kapal yang membawa 550 orang Portugis dan 600 orang Melayu baru.
Mereka berhasil membungkam Kota Kara, yang dipertahankan oleh Sultan Mahmud di bawah Sang Setia dan Laksanama Hang Nadim. Diperikrakan, terjadi pada tanggal 23 Oktober 1526 silam.
Setelah itu, barulah Kopak dikuasai. Di mana, armada Portugis membutuhkan waktu 14 hari untuk melumpuhkan Kota Kara.
Menurut penelitian sejarah, penyerangan armada Portugis terhadap Sultan Mahmud di Kapak, termasuk beberapa tempat di hulu Sungai Bintan.
Sehingga, diperkirakan Kota Kara di Bintan berada di atas Sungai Bintan. Hal itu diperkuat dengan penelitian arkeologi Pulau Bintan 1981, yang melaporkan adanya tumpukan batu yang disebut batukara di sekitar muara Sungai Bintan.
Kini, situs yang masih tersisa yakni runtuhan bangunan benteng, di sisi kiri Sungai Bintan yang diperkirakan peninggalan Kota Kara.
Serta kompleks makam yang diyakini sebagai petinggi Kota Kara, yang hingga mati tetep mempertahankan keutuhan Kota Kara.