Mengenal Tarian Sekapur Sirih Khas Kepri
BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Tari makan sirih (persembahan), adalah salah satu tarian tradisional yang umumnya dipentaskan untuk menyambut dan dipersembahkan untuk menghormati tamu negara / tamu agung yang datang.
Tarian ini dibawakan oleh 5 hingga 9 orang, dan seringnya berjumlah ganjil. Dengan satu orang yang dianggap spesial, karena membawa tepak sebagai persembahan kepada tamu.
Tari persembahan dipentaskan dengan iringan musik Melayu, yang bersumber dari perpaduan instrumen suara marwas, biola atau fill, gendang, gambus, dan akordion.
Suara akordian merupakan unsur yang penting dalam musik Melayu, mengingat suara tersebut yang menjadi kekhasan musik Melayu.
Gerak tari persembahan sangat sederhana, bertumpu pada gerakan tangan dan kaki. Gerakan menunduk sambil merapatkan telapak tangan, yang merupakan bentuk penghormatan kepada para tamu yang datang. Tari Makan Sirih pada umumnya ditarikan oleh kalangan remaja.
Namun, pada perkembangannya tari ini juga dapat ditarikan oleh yang lebih tua. Para penari mengenakan baju yang biasa dipakai mempelai perempuan, yaitu baju adat yang disebut dengan baju kurung teluk belanga.
Pada bagian kepala, terdapat mahkota yang dilengkapi dengan hiasan-hiasan berbentuk bunga dan pernak-pernih lain seperti dokoh, anting, gelang. Sementara bagian bawah tubuh para penari dibalut oleh kain songket berwarna cerah.
Raja Murka Jika Sirih Tak Dimakan
Saat pertunjukan, salah satu penari dalam tari persembahan akan membawa kotak yang berisi sirih.
Sirih dalam kotak tersebut kemudian dibuka dan tamu yang dianggap agung, diberi kesempatan pertama untuk mengambilnya sebagai bentuk penghormatan. Lalu, diikuti oleh tamu yang lain.
Karenanya, banyak orang yang menyebut tari persembahan dengan sebutan Tari Sekapur Sirih. Bagi masyarakat Kepulauan Riau, sirih bukan hanya sekedar benda. Sirih juga menjadi media perekat dalam pergaulan.
Melalui tarian, masyarakat telah menunjukkan kesadaran bahwa manusia saling berhubungan dengan manusia lainnya.
Kesadaran sosial tersebut kemudian mampu menumbuhkan komunikasi yang baik, saling menghargai, dan menghormati terhadap sesama manusia.
Adanya tari penyambutan untuk tamu menunjukkan bahwa, orang Melayu sangat menghargai hubungan persahabatan dan kekerabatan.
Filosofi pemberian tepak yang berisi sirih ini sangat tinggi. Karena apabila tamu yang diberi sirih tidak mengambil atau memakannya, maka dianggap tidak sopan. Bahkan pada zaman kerajaan dahulu, raja akan murka bila sirih tersebut tidak dimakan.