• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Wayang Cecak, Gerakan Boneka Diiringi Gendang dan Akordian

    Wayang Cecak di Karimun Kepri (Dok disbud.kepriprov.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Wayang Cecak adalah salah satu jenis kesenian tradisi lisan, di Pulau Penyengat, Tanjung pinang Kepulauan Riau (Kepri).

    Dewasa ini, Wayang Cecak semakin diakui keberadaannya, berwujud sastra lisan melalui media wayang.

    Kesenian ini, merupakan akulturasi antara budaya Tionghoa dan budaya Melayu. Wayang Cecak ditampilkan menggunakan boneka tangan, yang terbuat dari kain perca.

    Boneka tangan tersebut, dimainkan dan digerakkan oleh tangan dalang dari belakang, di dalam kotak berukuran 2×3 meter.

    Kesenian ini memiliki kandungan filosofi hidup. Kehidupan akan digambarkan dalam tokoh-tokoh wayang.

    Di mana, kesenian ini bertujuan dalam menyampaikan pendidikan karakter untuk anak-anak, dalam bentuk yang menarik dan sederhana.

    Seperti halnya wayang lain. Dalam tokoh-tokoh wayang, ada yang digambarkan dengan karakter baik.

    Ada juga yang digambarkan dengan karakter kurang baik. Nilai-nilai kehidupan itulah, yang bisa kita serap dalam kehidupan.

    Dahulu, Wayang Cecak merupakan kesenian yang dipertunjukan untuk kalangan tertentu dan tidak lumrah dipertontonkan di tengah masyarakat.

    Sampai pada tahun 1940-an, pemain Wayang Cecak yang berada di pulau Penyengat hanya seorang dalang saja, bernama Khadijah Terung.

    Syair Siti Zubaidan Hingga Engku Putri

    Lakon Wayang Cecak dimainkan dalam beragam judul. Seperti Syair Siti Zubaidah, cerita Hang Jebat, cerita Engku Putri, Selindung Delima, dan lainnya.

    Syair Siti Zubaidah. Berkisah tentang perjalanan Zainal Abidin, putra Sultan Darmawansyah hingga menjumpai Siti Zubaidah, yang kemudian pada akhir cerita dapat dipinangnya.

    Sedang untuk durasi pertunjukan Wayang Cecak, biasanya berdurasi antara 10 sampai 90 menit saja.

    Pertunjukan Wayang Cecak ternyata juga ditampilkan, dengan iringan musik dari biola, gendang, akordion, dan gong yang mengalun hingga cerita berakhir. Tentunya alunan musik tersebut sangat kental dengan budaya Melayu.