Tok Nyong, Raksasa dari Bunguran Timur yang Sama Ibu
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Manusia raksasa, inilah yang menjadi cerita legenda Batu Telapak Tok Nyong.
Legenda manusia raksasa ini tersebar dari Desa Selemam, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri).
Dikisahkan, dahulu hidup seorang yang bertubuh tinggi besar, yang konon mampu melampaui belasan kilometer dalam satu langkah.
BACA JUGA:
Legenda Batu Senuyung Natuna, antara Ibu dan Burung Tiung
Ambung Gila, Permainan Khas Kepri dengan Bantuan Roh
Mitos Hutan Misterius Berbentuk Hati di Tanjungpinang
Tok Nyong tinggal bersama ibunya di Ceruk Natuna. Pekerjaannya sehari-hari adalah Malok Saguk dan Nyadep Nyok.
Tok Nyong sendiri, adalah Malok Saguk di daerah Setapau, yang jaraknya sekitar 5 km dari tempat tinggalnya. Sedangkan Nyadep Nyok, dilakukan di daerah Sujung, yang ternyata hampir dekat dengan Desa Kelanga.
Pada suatu hari, seperti biasanya Tok Nyong melakukan pekerjaannya dan pulang hingga sore harinya.
Alangkah terkejutnya dia, ketika melihat ibunya tidak berada di rumah. Lebih mengejutkan lagi, ternyata ibunya diculik oleh para Lanun atau perampok.
Emosinya memuncak. Tok Nyong langsung mencabut keris. Dia juga menghentakkan telapak kakinya, pada tumpukan Saguk Mandak yang selama ini telah dikumpulkannya.
Setelah itu, ia pun mengejar para Lanun tersebut untuk menyelamatkan ibunya. Tok Nyong juga menenggelamkan kapal para Lanun, tersebut hingga kapal tenggelam.
Menurut cerita turun temurun, kapal para Lanun yang ditenggelamkan Tok Nyong, berubah menjadi batu yang dikenal dengan sebutan Batu Kapal.
Sedangkan bekas tikaman keris dan hentakan telapak kaki Tok Nyong, dapat dilihat pada sebuah batu. Yang sekarang lebih dikenal oleh masyarakat, dengan sebutan Batu Telapak Tok Nyong.
Faktanya, telapak yang ada pada batu tersebut memang seperti telapak kaki manusia, hanya saja ukurannya lebih besar dari telapak kaki manusia biasa.
Konon katanya, jika kita melihat telapak tersebut dengan sebuah alat bantu khusus, maka kita bisa melihat tulisan yang berbentuk tulisan Arab pada telapak tersebut, namun belum terpecahkan hingga kini.
Sementara, di sebelah telapak kaki Tok Nyong, terdapat bekas tancapan kerisnya yang ditancapkan saat ia marah besar.