Ambung Gila, Permainan Khas Kepri dengan Bantuan Roh
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Permainan ambung gila, yang disebut juga dengan nama Tari Ambung, termasuk dalam permainan yang sudah langka di Kepulauan Riau (Kepri).
Permainan ini hanya terdapat di Kabupaten Lingga Kepri. Yang membuat permainan ini berbeda, yakni syarat akan nuansa magis.
Permainan Ambung Gila atau Tari Ambung, dilakukan oleh dua hingga tiga orang. Permainan ambung gila dilakukan oleh laki-laki, yang sudah besar atau dewasa.
Alat yang dibutuhkan untuk permainan ini yakni sebuah ambung / lukah, setanggi atau dupa atau kemenyan, dan Talam tembaga atau almunium.
Saat pemainan memegang ambung, Bomo atau dukun mengelilingi mereka tiga kali sambil membaca doa dan mantra.
Pembacaan mantra secara perlahan di dalam hati dan tidak boleh didengar orang banyak.
Perlahan, ambung tersebut terasa berat dipegang oleh pemain dan mulai bergerak-gerak.
Selanjutnya, ambung semakin kuat gerakannya (menggila) dan semakin lama para pemain tidak kuat memegangnya.
Kadang-kadang ambungnya terpelanting dan ada juga para pemainnya yang terguling, karena tidak sanggup memegang ambung tersebut.
Bagi pemain yang kuat dan serius, mereka akan bergerak kemana-mana mengikuti ambung.
Seringkali terseret-seret, karena menahan beratnya ambung. Apabila ambung sudah terlepas dari tangan pemain, maka permainan boleh dilanjutkan oleh pemain berikutnya dengan cara yang sama.
Umumnya, permainan ini dimainkan oleh orang dewasa pada acara-acara tertentu.
Menurut penuturan dukun atau bomo, ambung itu berat dan menggila karena ada roh yang masuk ke dalam ambung tersebut.
Roh itu datang pada saat mantra dibacakan. Mantra yang dibaca gunanya untuk memanggil roh, agar masuk ke dalam ambung.
Dalam permainan ini, kadang-kadang ada juga ambungnya tidak mau bergerak. Begitu juga para pemainnya, yang tidak merasakan apa-apa waktu memegang ambung.
Menurut mereka, waktu dukun membaca mantra untuk memanggil roh, pemain membaxa ayat Alqurqn, sehingga roh tidak mau datang.
Pemain ambung gila ini bersifat mistis, oleh karena itu permainan ini dipimpin oleh seorang bomo atau dukun.
Tidak setiap orang mampu menjadi bomo atau dukun. Selain memerlukan keyakinan, juga harus memiliki kekuatan mental dan keberanian menghadapi hal-hal gaib yang mungkin saja terjadi saat permainan dilaksanakan.
Oleh karena itu, para pemain dan bomo tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang.