• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Hikayat Dewa Mendu, Seni Lakon 40 Hari yang Sempat Menghilang

    Seni Lakon Mendu khas Kepri (Dok. traverse.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Selain di Kalimantan Barat (Kalbar), teater rakyat Mendu juga dibawakan oleh warga di Kepulauan Riau (Kepri).

    Mendu merupakan seni lakon rakyat Melayu, yang memainkan hikayat Dewa Mendu (dari sastra Melayu klasik). Yang dikisahkan, Mendu turun ke dunia dan berbaur dengan manusia, sampai ia kembali ke kayangan.

    BACA JUGA:

    Pencak Silat, Bela Diri Khas Melayu yang Sarat akan Sisi Spiritual

    5 Tarian Melayu Riau yang Terjaga Hingga Sekarang

    Pulau Akar, Kepingan Surga di Tanah Natuna

    Mendu dimulai dari wilayah Bunguran, hingga meluas ke Natuna, Anambas, Sungai Ulu, Pulau Tiga, Midai, lalu ke Siantan Kepri. Penyampaian cerita Mendu, biasanya menggunakan Bahasa Melayu Mendu dan Pesisir.

    Awalnya, seni pertunjukan Mendu dimainkan saudagar, nelayan, dan petani untuk hiburan. Mereka memainkan musik, nyanyian, dan berpantun untuk melepas rindu pada kampung halaman.

    Kata melepas rindu kemudian berubah menjadi Mendu. Karena kesenian ini, menjadi tontonan menarik yang kemudian digemari oleh masyarakat Natuna.

    Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam pementasan mendu pun, sesuai urutan alur cerita.
    Yakni Numu Satu, Lemak Lamun, Lakau, Catuk, Air Mawar, Jalan Kunon, Ilang Wayat, Perang, Beremas, Ayuhai, Tale Satu dan Pucok Labu.

    Lalu, Sengkawang, Nasib, Numu Satu Serawak, Setanggi, Burung Putih, Wakang Pecah, Mas Merah, Indar dan Tarik Lembu.

    Sementara tariannya meliputi Ladun, Jalan Runon, Air Mawar, Lemak Lamun, Lakau, dan terakhir Baremas yang artinya berkemas-kemas untuk pulang.

    Hilang Belasan Tahun

    Sayang, Mendu tidak lagi dipentaskan sejak tahun 1943 pada masa penjajahan Jepang. Kemunduran ini diawali oleh larangan berserikat dan berkumpul, yang ditetapkan oleh pemerintah penjajahan Jepang.

    Setelah Indonesia merdeka, Mendu tidak lagi dikenal oleh masyarakat. Kemunculan Mendu kembali digaungkan setelah 37 tahun, yang dianggap sebagai seni yang hilang. Pada tahun 1980, teater Mendu kembali dipentaskan.

    Yang membuat Teater Mendu ini berbeda dari yang lain, yakni gerakan yang dilakukan oleh para pemain tidak memiliki aturan tertentu.

    Para pemain hanya perlu mengikuti alur cerita dan memperhatikan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.

    Mendu dilakukan secara berbabak dan ceritanya disesuaikan dengan keinginan para penonton. Para pemeran Mendu harus memainkan peran yang sama, secara terus-menerus.

    Jika dulu pementasan mendu memerlukan waktu yang sangat panjang, bisa memakan waktu sampai 40 malam lamanya.

    Namun sekarang dapat diperpendek sampai 3 malam saja. Bahkan, saat ini bisa dimainkan dalam sehari hanya dalam waktu 45 menit sampai 2 jam, dengan mengambil fragmen yang diperlukan.