• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Suku Laut Kepri, Asal Usul dan Kehidupannya Kini

    Suku Laut Kepri (Dok. Riaumagz.com)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM -  Sebagai negara Maritim, Indonesia memang kaya akan hasil laut. Tak heran, jika dahulu, banyak masyarakat yang tak hanya tinggal di daratan, tetapi juga di perairan.

    Di wilayah perairan Kepulauan Riau (Kepri) misalnya, ada suku yang tinggal di sini, yang dinamakan Suku Laut (Sea Nomads) atau Suku Sampan, sering juga disebut Orang Laut.

    BACA JUGA:

    Bukit Kerang Kawal Darat, Jejak Kehidupan Manusia Purba

    Sembahyang Kubur, Tradisi 3 Doa dengan Teh Arak Khas Lingga

    Pulau Subi, Jepang dan Perang Dunia Kedua

    Disebut sebagai Suku Laut, karena melakukan seluruh aktivitas kegiatan hidup di laut dan menggunakan perahu atau sampan, yang beratapkan sebuah kajang sebagai rumah mereka.  Mereka hidup berpindah dari pulau ke pulau hingga muara sungai (nomaden).

    Di Kepri dan Kabupaten Lingga Kepri, mereka juga dikenal juga sebagai Orang Pesukuan. Nama lain Orang Laut lainnya, mengacu kepada tempat tinggal.

    Lalu, Orang Mantang (mendiami Pulau Mantang), Orang Tambus (mendiami Kampung Tambus, Pulau Galang), Orang Mapor (mendiami Pulau Mapor), hingga nama Bajau yang digunakan sebagai sinonim Orang Laut di perairan Ruang-Lingga.

    Suku Laut mulai menghuni wilayah Melayu-Lingga, pada tahun 2500-1500 Sebelum Masehi sebagai bangsa Melayu Tua (Proto Melayu). Dan menyebar ke sebagian besar wilayah Sumatera melalui Semenanjung Malaka.

    Secara historis, Orang Laut dulunya adalah perompak, tetapi berperan penting dalam Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor.

    Orang Laut menjaga selat-selat, mengusir bajak laut, hingga memandu para pedagang ke pelabuhan kerajaan-kerajaan tersebut.

    Bahkan dalam sejarah Melayu disebutkan bahwa Orang Laut dikenal sebagai penjaga wilayah perairan kesultanan, pasukan perang, dan bertugas untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan laut bagi pihak kesultanan.

    Maka, bisa dilihat mereka sangatlah berperan penting dalam kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka, dan Kesultanan Johor.

    Sampan dan Kehidupan Suku Laut

    Suku Laut di Kepri (Dok. Kompasiana.com)

    Menariknya, di laut mereka juga memiliki rumah adat Suku Laut, yakni disebut sampan, yang merupakan simbol sebuah kesatuan keluarga.

    Sampan tersebut berupa perahu beratapkan kajang lipat, yang terbuat dari daun rumbia. Dalam satu sampan, biasanya diisi oleh satu keluarga.
    Meski memiliki rumah permanen di daratan, orang laut hidup berpindah dari satu wilayah laut ke wilayah laut lainnya tergantung pada musim.

    Mereka hidup berpindah pindah, menggunakan sampan yang sekaligus merupakan tempat tinggal mereka ketika di laut.

    Sayangnya, pada zaman Orde Baru, Suku Laut di Lingga digolongkan sebagai ‘masyarakat terasing’.

    Karena mereka dianggap tertinggal dari segi tingkat pendidikan, kualitas kesehatan, kondisi dan lokasi tempat tinggal, dan jenis pekerjaan, yang tentunya berbeda dengan kebanyakan warga Indonesia.

    Pemerintah saat itu memukimkan suku-suku Laut, sebagai solusi mengejar ketertinggalan. Ada sebanyak 30 titik lokasi keberadaan Suku Laut di Kepulauan Lingga.