• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Meriahnya Lomba Pacu Kolek Peninggalan Kesultanan Riau Abad ke-17

    Lomba Pacu Kolek khas Kepri (Dok disbud.kepri.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Berbagai permainan tradisional memang semakin tergerus teknologi. Ya, apalagi makin bermunculan game online, yang makin menarik perhatian kawula muda.

    Meski demikian, beberapa lomba dan permainan tradisional masih terus digelar di Kepulauan Riau (Kepri), salah satunya Lomba  Pacu Kolek.

    BACA JUGA:

    Lu Lu Cina Buta, Permainan Seru Tebak Nama Khas Kepri

    Pulau Subi, Jepang dan Perang Dunia Kedua

    Ritual Panggil Bunian Dalam Pengobatan Berjenjang Kepri

    Kolek adalah sejenis perahu layar tradisional, yang berukuran kecil. Dahulu, lomba kolek dipertandingkan pada hari penobatan anak-anak raja. Ataupun keluarga istana semasa kekuasaan Sultan Riau abad XVII.

    Kemudian dilanjutkan pada perayaan 31 Agustus hari besar Hindia Belanda. Dan kini Pacu Kolek menjadi permainan untuk memeriahkan perayaan 17 Agustus setiap tahunnya.

    Permainan ini biasanya dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai seperti di Kecamatan Teluk Sebong dan Tambelan.

    Lazimnya lomba diadakan pada waktu siang hari, mulai dari jam 09.30 WIB hingga berakhir jam 13.00 WIB.

    Karena antara jam tersebut itulah, angin sedang berhembus kencang, rata dan pasang pun sedang penuh.


    Kolek Halilintar dan Kuda Terbang

    Dahulu, permainan ini hanya dimainkan oleh para nelayan yang mendiami perkampungan di tepi pantai.

    Di mana, laut adalah sarana harian mereka untuk menyambung hidup. Karena itu, setidaknya mereka harus memiliki sebuah kolek, jongkong, sampan ataupun perahu sebagai alat perhubungan dan fasilitas bagi kepala  keluarga untuk menggarap hasil laut.

    Dahulu kala, biasanya lomba kolek diadakan semata-mata untuk mencoba miliknya selepas turun galang saja. Dan hanya dilakukan oleh para nelayan dengan kolek nelayannya, tidak diperlombakan.

    Tapi lama kelamaan, permainan ini semakin memasyarakat dan menjadi suatu perlombaan yang digemari oleh kaum istana di zaman kekuasaan Sultan Riau pada abad XVII. Sultan biasanya menyediakan hadiah yang besar buat para pemenang lomba tersebut. 

    Tekong atau juru mudi kolek yang menjuarai perlombaan biasanya langsung diangkat menjadi pengawal istana, ada yang dipersunting dengan dayang-dayang istana.

    Dari permainan rakyat kelas nelayan ini akhirnya menjadi populer pada masa penjelajahan Hindia Belanda.

    Kini, kolek yang diperlombakan sudah sangat beragam warna dan memiliki nama-nama unik. Seperti Elang Laut, Camar, Hiu, Halilintar, Parang Kuting, Keris Sempena, Mega Sakti, Anak Kala dan Kuda Terbang.

    Untuk perlombaan, biasanya Kolek dibuat dari kayu yang agak ringan, dan kuat daya apungannya seperti medang, pulai dan rengas rapak, layar terbuat dari kain ataupun belacu.

    Tali temali dari tali sabut yang dipintal. Kemudi juga dibuat dari kayu kuat, agar dalam keadaan angin kencang sekalipun, Kolek tetap berjalan kokoh.