Eksistensi Bahasa Melayu Zaman Dulu dan Terkini
Oleh: Said Ristieo Fallo
Bahasa Melayu memegang peranan penting sebagai pembangkit kemajuan di Nusantara. Perkembangan bahasa dan kebudayaan Melayu pada masa perdagangan dan kolonialisme telah meninggalkan jejak yang dalam.
Bahasa Melayu sudah digunakan sejak abad ke-7 Masehi, menjadi alat komunikasi yang luas digunakan dalam berdagang dan menjadi bahasa kebudayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Pada abad ke-15 hingga ke-17, Bahasa Melayu bahkan menjadi Lingua Franca di Kawasan Asia Tenggara, didukung oleh lokasinya yang strategis di pusat lalu lintas perdagangan bangsa asing.
Namun, tantangan muncul dengan adanya gangguan bahasa campur yang memungkinkan rusaknya kesucian Bahasa Melayu. Fenomena ini menjadi semakin nyata dalam era globalisasi di mana bahasa-bahasa asing seringkali meresap dan mencampuri bahasa asli.
Buku "Bustan Al-Katibin" karya Raja Ali Haji merupakan upaya untuk memelihara bahasa Melayu dari pengaruh kebudayaan asing. Melalui karya ini, Raja Ali Haji berhasil mengangkat Bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Raja Ali Haji, dengan karya-karyanya seperti "Tuhfat al Nafis" dan "Gurindam Dua Belas", diakui sebagai Bapak Bahasa Indonesia karena perannya dalam mengembangkan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda menetapkan buku karya Raja Ali Haji, "Kitab Pengetahuan Bahasa", sebagai bahasa nasional Indonesia. Dan pada tahun 1972, Indonesia resmi menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagai bahasa Indonesia hingga saat ini.
Meskipun bahasa Melayu hanya digunakan di daerah-daerah yang masih kuat budaya dan tradisi Melayu-nya, penting untuk diingat bahwa bahasa Melayu adalah cikal bakal dari bahasa Indonesia.
Tantangan yang dihadapi adalah minimnya minat masyarakat Melayu dalam memperkenalkan bahasa Melayu kepada masyarakat luas, serta minimnya materi pembelajaran yang membahas bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia.
Dalam menyikapi hal ini, penting bagi kita untuk menghargai dan memahami bahasa Melayu sebagai bagian penting dari identitas dan jati diri bangsa. Bahasa adalah warisan budaya yang harus dijaga, dipelajari, dan dipromosikan agar tidak tergerus oleh zaman.
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang.