Mengenal Tradisi Buang Ancak Sebagai Ritual Leluhur di Kepri
Batam, Melayupedia.com – Kabupaten Anambas Kepulauan Riau (Kepri), mempunyai salah satu tradisi yang masih dipercaya dan dijalani hingga sekarang, yaitu tradisi Buang Ancak
Buang ancak sebenarnya tradisi yang bisa ditemui di sejumlah wilayah di Indonesia, dengan nama berbeda-beda. Pengertian buang ancak adalah buang penyakit.
Namun dahulu kala, warga Anambas Kepri yang melaut dan selamat sampai ke rumah, akan membuat ritual buang ancak.
BACA JUGA :
Tari Melemang, Pentas Kesenian Bagi Keluarga Kerajaan di Kepri
3 Kebiasaan Suku Hutan di Batam Buat Keberadaannya Nyaris Punah
Anambas, Pulau Tropis Terindah Tempat Habitat Hidup Ikan Napoleon
Ini wujud rasa syukur karena mereka selamat sampai di rumah. Ritual tersebut juga dipercaya dapat membuang penyakit yang susah untuk disembuhkan.
Sebelum ritual dilaksanakan, warga Anambas harus menyiapkan sejumlah bahan, seperti telur dan padi yang dikeluarkan putihnya. Bahan itu dimasukkan ke suatu wadah dan dilepaskan ke laut.
Tradisi melayu ini juga dilakukan oleh warga Desa Bokor Kabupaten Kepulauan Meranti Riau. Karena jarak antara Kepri dan Riau berdekatan, sehingga tradisi-tradisi yang sama masih juga dilakukan.
Seperti masyarakat Sengelei, Desa Bokor, Kabupaten Kepulauan Meranti masih melestarikan tradisi buang ancak jelang musim durian tiba. Tradisi diyakini bisa membawa berkah panen durian yang melimpah.
Para orang tua akan berkumpul, memutuskan waktu yang tepat untuk melaksanakan ritual tradisi leluhur mereka. Buang ancak alias meletakkan sesaji dan bejamu, yang berarti makan bersama.
Keranjang ancak dibuat dari pelepah sagu yang dirakit dengan batang bambu. Ada dua keranjang yang disiapkan warga Anambas Kepri..
Satu keranjang untuk laut dan sisanya untuk darat. Di dalam keranjang itu lalu diletakkan sesaji dalam mangkok-mangkok yang terbuat dari anyaman pelepah nipah.
Sesaji itu beragam jenisnya. Mulai dari ayam kampung yang dibakar setengah matang dan dibelah dua, ketan dua jenis --putih dan kuning, beretih: beras yang disangrai, hingga lima jenis kue dari tepung terigu dan sagu.
Yakni, kue cucur, kue deram-deram, kue serong, bolu kojou, dan lempeng sagu. Setelah ancak siap, ritual baru bisa dimulai.