Kisah Mistis Tarian Mak Yong, Roh Leluhur Hingga Penari Astral
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Berbagai tarian tradisional yang ada di Indonesia, selalu sarat akan makna mendalam.
Seperti halnya tarian Mak Yong, salah satu tarian yang berasal dari Kepulauan Riau (Kepri).
BACA JUGA :
Lenggak-Lenggok Tarian Ayam Sudur Khas Natuna Nan Indah
Desa Belibak Anambas, Pulaunya Pangeran Brunei Darussalam Abad ke-17
Mengenal Tradisi Nyuloh, Berburu Hasil Laut Natuna di Malam Hari
Tari Mak Yong merupakan seni tradisi Melayu, yang menggabungkan unsur tari dan musik, yang disertai nyanyian pelakonnya dan tutur cerita.
Dalam pertunjukan tari ini, penari akan menggunakan topeng untuk mewakili sebagian karakter.
Penari dan pemusik menggabungkan berbagai unsur, termasuk upacara keagamaan, sandiwara, tari, musik serta naskah yang sederhana.
Kesenian ini dimulai dengan ritus sakral yang disebut upacara ‘buka tanah’ dan diakhiri dengan ritual serupa.
Konon, Mak Yong berasal dari Nara Yala, daerah Patani, yang saat ini masuk wilayah Thailand Selatan.
Dari sanalah, kesenian itu kemudian menyebar ke Kelantan Malaysia, sekitar 200 tahun yang lalu.
Lalu, dari Kelantan, Mak Yong lantas masuk Singapura, kemudian menyeberang ke Riau, Indonesia.
Kisah Mak Yong di Indonesia menarik untuk ditelaah dan dipelajari, sebagai warisan budaya tak benda yang memperlihatkan keterkaitan budaya Melayu di tiga negara berbeda.
Misteri Mak Yong
Tarian Mak Yong khas Melayu (Dok.gpriority)
Banyak kisah disampaikan mengenai asal dan makna Mak Yong, dari kisah yang sifatnya sakral dan dongeng, hingga ke pemaparan akademis dari para ahli.
Jeanne Cuisinier dalam Dances Magiques de Kelantan (1931) misalnya, mengartikan Mak Yong sebagai roh leluhur. Di mana diartikan, Mo Yang ‘nenek’ dan Po Yang ‘datuk’.
Menurutnya, Mak Yong berasal dari Main Puteri, yaitu sejenis upacara pengobatan yang dilakukan dengan iringan tarian dan nyanyian.
Walter William Skeat dalam Malay Magic Being: An Introduction to the Folklore and Popular Religion of the Malay Peninsula (1967) berpendapat, Mak Yong berasal dari kata Mak Hiang yang berarti roh ibu atau roh padi.
Kisah Lainnya
Tarian Mak Yong khas Melayu (Dok.GoWest.id)
Ada pula kisah lain yang menarik dan berbau mistis. Konon seseorang yang bernama Awang Keladi, yang kemudian dikenal sebagai pendiri Mak Yong Bintan, berjalan-jalan ke Kelantan.
Dia menyaksikan sekelompok orang, bukan seperti manusia biasa atau makhluk astral, menari dan bernyanyi. Suaranya terdengar seperti bunyi ‘yong de de’.
Awang kemudian menamai pertunjukan itu sebagai Mak Yong, dan mengajarkan apa yang telah ia lihat.
Seorang muridnya ialah Mak Ungu, perempuan yang kemudian menjadi ibu angkat Tuk Atan, salah seorang maestro Mak Yong di Bintan.
Tuk Atan terlahir dengan nama Tengku Muhammad Atan Rahman, dilahirkan di Singapura pada 1931 dari pasangan Tengku Rahman dan Ibu Sabariah.
Ketika pecah perang pada 1942—1945, saat Singapura ditaklukkan Jepang, Tuk Atan bersama Mak Ungu, meninggalkan negeri itu dan terdampar di Mantang Arang, pulau kecil di wilayah Mantang, Bintan Timur.
Mak Ungu inilah yang mengajarkan Mak Yong kepada Tuk Atan dan beberapa orang lain, seperti Mak Wet, Pak Khalid, dan Pak Basir.
Yang kemudian dikenal sebagai generasi kedua pemain Mak Yong di Kepulauan Riau.
Setelah Mak Ungu meninggal di awal 60-an, para tokoh Mak Yong berpencar meninggalkan Mantang Arang.
Mak Wet yang dikenal sebagai primadona atau penari maupun tokoh utama Mak Yong, pindah ke Tembeling, Bintan Timur.
Tuk Atan, sang maestro Mak Yong, menetap di Kampung Keke, Kijang, Bintan Timur, hingga wafat pada 2003.
Pak Basri pindah ke Pulau Panjang, Batam dan mendirikan sanggar seni Melayu.
Dan tinggallah Pak Khalid yang menetap di Mantang Arang. Meskipun telah terbentuk berbagai kelompok di daerah yang berbeda-beda, Mak Yong di Indonesia yang berasal dari Kelantan tetap dikenal yang dari Mantang Arang.
Saat ini semua maestro Mak Yong generasi ke-2 itu sudah pupus atau wafat.
Pewarisan Mak Yong Kampung Keke dilanjutkan oleh putra Tuk Atan, Tengku Satar.
Ia mendirikan Sanggar Warisan, melanjutkan pentas Mak Yong dalam berbagai model.
Tergantung pada permintaan seperti pengiring acara kabupaten dan pengiring sajian makan malam, bagi para peserta kunjungan wisata Bintan.
Tercatat, kelompok ini sudah beberapa kali pentas serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan teknologi, termasuk pentas secara virtual pada November 2019 lalu.