Ritual Basuh Lantai, Tradisi Turun Temurun Bagi Ibu Hamil di Kabupaten Lingga
Batam, Melayupedia.com – Jika tradisi Jawa mengharuskan para ibu hamil menggelar 7 bulanan, berbeda lagi dengan tradisi melayu di Kepulauan Riau (Kepri).
Di Kabupaten Lingga yang merupakan bagian dari Provinsi Kepri, yang juga merupakan pulau terbesar di provinsi Riau Kepulauan dan memiliki ibu kota bernama Daik.
Di kabupaten ini, ada tradisi turun-temurun yang masih dilakukan bagi para ibu hamil, yaitu tradisi Basuh Lantai.
Upacara Basuh Lantai merupakan salah satu upacara adat dalam daur hidup masyarakat Melayu di Kepri, yang erat kaitannya dengan kelahiran.
Basuh lantai merupakan upacara adat atau sebuah ritual adat setelah bersalin. Upacara adat Basuh Lantai tersebut, berdasarkan etimologis terdiri dari dua buah kata dari Bahasa Melayu yaitu Basuh dan Lantai.
Kata Basuh memiliki arti ‘Membersihkan’ atau ‘Menyuci’, sementara kata Lantai memiliki arti ‘Lantai Rumah’ atau ‘Alas Rumah’.
Dalam upacara adat Basuh Lantai, memiliki arti ‘Membersihkan Alas Rumah’, yang mana artinya adalah ‘Alas Rumah’ tempat sang ibu yang telah melahirkan bayinya.
Upacara Basuh Lantai lazimnya dilakukan oleh orang yang membantu proses persalinan, yang biasa dipanggil Tok Bidan atau Mak Dukun. Di mana ritual tersebut dilakukan, ketika bayi telah genap berumur 44 hari.
Upacara Adat Basuh Lantai ini dilakukan secara turun-temurun dan dilakukan agar selain bersih secara lahir, keluarga tersebut juga dapat terhindar dari malapetaka dari kekuatan mistis yang mereka yakini.
Dalam pelaksanaan Upacara Adat Basuh Lantai, memerlukan seekor ayam yang jenisnya berlawanan dengan jenis kelamin sang bayi.
Jika bayi tersebut berupa laki-laki, ayam yang disediakan berupa ayam betina, begitu juga sebaliknya. Adapun perlengkapan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Nampan yang berisi sepiring nasi atau pulut kuning, yaitu berupa beras ketan berwarna kuning yang berasal dari kunyit. Nasi atau pulut kuning tersebut dilengkapi dengan lauk berupa serabi dan ikan berkuah.
2. Satu buah kelapa atau nyiur yang sudah dibersihkan dari kulit keras luarnya, sehingga hanya bersisa daging putihnya saja.
3. Sebuah cermin beserta dengan sebuah sisir, sebuah gunting, dan dua buah lilin
4. Sebuah benang tungkal berwarna putih dengan panjang sekitar 7 meter.
5. Sepiring beras putih beserta dengan sepiring padi yang belum dikupas.
6. Sejumlah Jeruk nipis
7. Sebuah celak
8. Semangkuk atau secawan uang logam atau koin
9. Semangkuk atau secawan bubur merah
10. Semangkuk atau secawan kecil buah Asam
11. Semangkuk atau secawan kecil minyak atau bedak langi yang terbuat dari buah Gambir, buah Asam, kapur sirih dan jeruk limau. Seluruh bahan tersebut, ditumbuk secara bersamaan sampai menghasilkan minyak
12. Air yang ditempatkan dalam sebuah tempayan, yaitu tempat berupa wadah yang bahannya terbuat dari tanah liat