Prasasti Keramat Pasir Panjang, Bukti Kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Karimun
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Siapa bilang di Kepulauan Riau hanya mengandalkan pantai saja sebagai objek wisata?
Bagi pemburu destinasi wisata sejarah, banyak 'incaran' sejarah juga di kepulauan hits ini.
BACA JUGA :
Benarkan Mitos Jika Datang ke Batu Tumpuk Tiga Siang Hari, Bisa Jadi Lendir ??
`Minamisebo` Tugu Bertulis Nama dan Foto Orang Jepang di Pulau Galang
Jejak-jejak Penjajahan Belanda di Pulau Boyan Batam
Salah satunya, Prasasti Pasir Panjang yang ditemukan di Desa Meral Kecamatan Tanjung Balai Karimun, di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau (Kepri).
Prasasti ini sendiri berada di areal lokasi pertambangan PT. Karimun Granite.
Tercatat, PT. Karimun Granite sejak tahun 1971 telah mulai melakukan penambangan di bukit-bukit granit, yang memiliki kualitas batu granit yang konon paling berkualitas di Asia.
Prasasti ini sendiri ditemukan pada tahun 1873. Ini merupakan peninggalan bersejarah tentang penganut agama Buddha di Kepri.
Prasasti ini dipahatkan pada dinding bukit batu granit, dengan ukuran media yang ditulis berukuran batu 93 cm x 137 cm.
Tulisannya menggunakan huruf Pre-Nagari dan berbahasa Sansekerta dengan jumlah tulisan tiga baris.
Dan pada tahun 1993, prasasti ini telah diberi cungkup yang berukuran 208 cm x 267 cm.
Prasasti Pasir Panjang pertama kali ditemukan oleh K.F. Holle pada tanggal 19 Juli 1873.
Pada tahun 1874, dilakukan perekaman data dengan membuat sketsa dan dokumentasi prasasti oleh Resident Riau.
Dua bulan setelah itu, K.F Holle melaporkan kembali kepada Resident Riau bahwa kesulitan menelaah sketsa yang ada. Dia lalu meminta untuk mengirimkan sketsa yang jelas untuk diteliti.
Tulisan di atas batu tersebut tertuang dalam Bahasa Sansekerta, yang berarti pemujaan terhadap sang Buddha melalui tapak kakinya.
Prasasti Keramat Bagi Umat Buddha
Tulisan Sansekerta di Prasasti Pasir Panjang di Karimun Kepulauan Riau (Dok. Tempatwisata.pro)
Fungsi awal tempat pemujaan agama Buddha sekte Mahayana. Dan kini menjadi tempat keramat bagi umat agama Buddha, sehingga ramai orang datang berziarah guna keselamatan dan meminta berkah.
Tak banyak yang tahu bahwa ternyata prasasti ini sebagai pos utama Kerajaan Sriwijaya.
Pos yang dimaksud berfungsi melakukan pengawasan pada pelayaran yang dilakukan di Selat Malaka.
Ditemukannya jejak tapak kaki yang begitu besar di atas prasasti tersebut.
Tapak kaki yang ditemukan adalah sebelah kiri, sementara tapak kaki sebelah kanannya ada di negara Singapura.
Kondisi tersebutlah yang dapat disimpulkan bahwa kerajaan Sriwijaya pada masa lampau, sangat berkuasa besar.
Pusat dari kerajaan Sriwijaya sendiri berada di Muara Takus.
Selain itu, untuk fungsi prasasti sendiri bagi masyarakat Tionghoa, biasa digunakan sebagai tempat ziarah dimana tempat ini dianggap masyarakat sebagai tempat keramat.