• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Sejarah Masjid Jami` Raja Abdul Ghani Pulau Buru, Masjid Tertua di Kabupaten Karimun

    Masjid Jami` Raja Abdul Ghani di Pulau Buru, Karimun (Foto: dok.Disbud Kepri)

    KARIMUN, MELAYUPEDIA.COM - Masjid Jami' Raja Abdul Ghani merupakan masjid tertua di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau (Kepri). Masjid ini dibangun oleh Raja Abdul Ghani bin Raja Idris bin Raja Haji Fisabillilah.

    Melansir laman resmi Dinas Kebudayaan (Disbud) Kepri, masjid ini dibangun tahun 1823. Karena dibangun oleh Raja Abdul Ghani, maka masjid ini pun dinamai Masjid Jami' Raja Abdul Ghani.

    Namun belakangan, orang justru kerap lebih mengenal mesjid ini dengan sebutan Masjid Buru, karena terletak di Pulau Buru. Masjid yang ini tergolong berukuran sedang.

    Ruang utamanya memiliki luas berkisar 8m x 15m. Kubahnya disangga oleh empat tiang setinggi 5 meter. Tak begitu luas dan daya tampungnya pun hanya berkisar 100 orang jamaah.

    Namun pengurus masjid, melakukan renovasi dengan membangun teras luar, dengan maksud agar bisa menampung jamaah lebih banyak.

    Konon, arsitek masjid ini adalah orang Tionghoa, yang sebelumnya telah berhasil membangun kelenteng yang lokasinya tidak jauh dari masjid.

    Hal ini bisa dibuktikan oleh keberadaan menara yang berbentuk kerucut, yang sepintas mirip dengan ruang pembakaran hio yang ada di kelenteng. Lubang ventilasi pun demikian, terbuat dari batu giok berwarna biru dan berukiran khas negeri Tiongkok.

     

    Selain teras dan atap, mesjid ini sengaja di pertahankan bentuk asli oleh para keturunan Haji Abdul Ghani yang masih hidup hingga kini. Tidak ada renovasi signifikan di luar dua komponen itu.

    Termasuk keberadaan perigi untuk mengambil air wudhu, yang berada depan masjid. Perigi yang memiliki empat tangga berundak itu, masih terus digunakan hingga kini, dan dibiarkan sebagaimana bentuk asalnya.

    Memiliki tinggi 21 meter dan berdiameter sekitar 4 meter, menara ini masih kokoh berdiri disamping kanan masjid.

    Setiap hari di fungsikan untuk mengumandangkan azan, ketika masuk waktu shalat wajib. Di dalamnya terdapat tangga berundak, untuk memudahkan orang yang hendak naik ke atas menara.

    Yang juga masih terlihat keaslian bangunannya adalah, pintu masuk utama yang berbentuk lengkungan setinggi 2.30 meter dan lebar 1.30 meter.

    Pintu lainnya yang berada di bagian lain, terlihat lebih pendek, namun terbuat dari bahan bangunan yang sama dan sama sekali belum mengalami sentuhan renovasi apa pun.