Kenapa Dokter Spesialis Enggan Mengabdi di Natuna ?
BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Kerjasama yang dijalin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Natuna di Kabupaten Natuna Kepulauan Riau (Kepri) ke berbagai kampus, ternyata tak membuat minat para tenaga medis untuk menyumbangkan ilmunya ke masyarakat.
Di tambah letak geografis Natuna yang jauh dan pandemi Covid-19, membuat sejumlah dokter spesialis enggan untuk bertugas di Natuna.
BACA JUGA :
Limbah Medis di RSUD Natuna Menumpuk di Dekat Ruang Isolasi Covid-19
Suka Duka Vaksinator Gencar Vaksinasi Warga Batam
Limbah Medis di RSUD Natuna Menumpuk di Dekat Ruang Isolasi Covid-19
"Masalah transportasi dan letak geografis Natuna, yang jauh menjadi alasan utama seringnya kita kekurangan dokter spesialis di RSUD Natuna," katanya, Senin (2/8/2021).
"Tapi baru baru ini kita telah berhasil mendatangkan tiga dokter spesialis, yaitu kandungan, anak dan penyakit dalam," ujarnya.
Dalam keterangannya, salah satu faktor utama juga adalah masalah insentif dokter. Sesuai Peraturan Bupati Natuna, insentif dokter di Natuna diakuinya besarannya antara Rp35 juta hingga Rp40 juta.
Nilai tersebut dinilai masih kurang besar sehingga para dokter masih enggan untuk bertugas ke Natuna. Sementara terkait fasilitas dokter, Imam mengakui jika selama ini sudah sangat layak dan memadai.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Natuna Hikmat Aliansyah, mengungkapkan dokter spesialis agak enggan ke Natuna, karena pendapatan yang diterima lebih kecil dari daerah perkotaan.
“Kalau di kota, mereka bisa buka praktek di tiga tempat. Sementara di Natuna, kan hanya di RS, buka praktik pun agak jarang yang berobat," ujarnya.
Diungkapkan seorang dokter spesialis di RSUD Natuna, ada beberapa hal mengejutkan yang membuat para dokter spesialis enggan mengabdi di kabupaten terujung di Indonesia ini.
Padahal, warga sangat membutuhkan jasa para pahlawan kesehatan dengan keahlian dan spesialisasi yang mereka miliki.
Dirinya menyebutkan jika kebanyakan dokter spesialis yang bertugas di Natuna, disodori kontrak yang tidak sesuai dengan perjanjian awal.
"Jangankan Rp35 juta, Rp30 juta saja tidak sampai. Boleh di cek berapa insentif dokter dokter yang ada di Natuna," katanya, yang identitasnya enggan disebutkan.
Ternyata, beberapa dokter spesialis yang dijanjikan oleh pihak RSUD Natuna disebutkannya, ternyata bukanlah seorang dokter spesialis.
Namun masih menyandang predikat sebagai dokter residen, alias dokter magang di universitasnya masing masing.
Selain itu, fasilitas yang diterima para dokter selama bertugas di Natuna diceritakannya juga dinilai tidak memadai.
Alasan Dokter Enggan ke Natuna
Misalnya kondisi perumahan dokter, yang kurang layak dan fasilitas transportasi mobil yang tidak seluruh dokter spesialis memperolehnya.
"Kondisi mess atau rumah dokter jauh dari kata layak, kondisi halaman rumah yang becek, kala musim hujan hingga penerangan menuju RSUD Natuna yang gelap," ucapnya.
Tidak hanya disitu, dari 12 dokter spesialis dan 5 dokter residen, tidak semuanya mendapatkan fasilitas mobil.
"Masalah penundaan pembayaran insentif dan tidak transparansinya pembayaran jasa pelayanan pun sering terjadi," katanya.
Ia mengungkapkan, jika hal tersebut baru segelintir dari banyak fakta miris yang ada di lapangan.
Minimnya tenaga medis di Natuna, akhirnya membuat warga Natuna harus ke Kota Batam Kepri. Seperti dialami Afit, yang membawa bayinya berusia 7 tahun dirujuk ke Kota Batam.
"Kami terpaksa membawa anak yang sakit ke luar Natuna, yakni Batam karena tidak ada dokter spesialis anak di Natuna. Kejadian seperti ini sering dialami warga Natuna,” ungkapnya.