Pintu Gerbang Hias hingga Lampu Pelita Terangi Malam 7 Likur di Lingga
LINGGA, MELAYUPEDIA.COM - Tradisi malam 7 Likur (27 Ramadan) di Bunda Tanah Melayu, Daik Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), sudah tidak bisa dipisahkan.
Bagai pemeran seni rupa disudut dan ruas-ruas jalan, ornamen pintu gerbang yang menyerupai masjid, liuk ukir dan kaligrafi yang dibalut cahaya lampu teplok dengan beragam kreasi sedemikian rupa dan warna.
Indah, megah dan selalu menjadi kerinduan tersendiri merayakan malam-malam 10 terakhir Ramadan di Daik, Negeri Bunda Tanah Melayu.
Salah seorang warga Daik, Robi merasa senang karena masih bisa menyaksikan kebersamaan orang-orang melayu di Daik, menghias malam-malam terakhir Ramadan.
BACA JUGA:
Tradisi Menungkah, Mata Pencaharian Warga Kampung Gisi Batam
Ada Tradisi Nasi Dong Sambut Maulid Nabi di Natuna
“Suasana 7 likur ini memang memberi kesan tersendiri. Seperti kembali kemasa-masa dulu, bermain kembang api di rumah. Bertemu banyak orang juga saudara-mara,” kata dia kepada MELAYUPEDIA.COM, Kamis (28/4/2022) malam.
Dia menjelaskan, suasana 7 likur saat ini masih ia temukan dengan rasa yang sama. Kerabat, tetangga dan persaudaraan dengan suasana di kampung Daik yang ramah, sekaligus pusat ibukota Kabupaten Lingga ini tak jauh berbeda.
Hanya saja untuk pintu gerbang tidak sebanyak beberapa tahun lalu, namun tetap masih ada. Begitu juga dengan lampu pelita. Tampak ribuan lampu menghiasi jalanan di Daik Lingga dan desa-desa sekitar.
"Momen ini juga yang ingin kita beri tahu kepada anak-anak begitu istimewanya bulan puasa dan hari raya di Daik,” katanya.
Pantauan dilapangan, peringatan malam 7 likur di Daik Lingga begitu meriah. Warga tumpah ruah di jalan. Baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat bersiar mengelilingi kota Daik, menyaksikan hasil kreasi warga membangun pintu gerbang dan jalan-jalan yang dihiasi lampu teplok.
Selain itu, malam 7 likur kali ini juga semarak dengan adanya pertandingan bedil atau meriam bambu di Lapangan Hang Tuah Daik Lingga.