Desa Belibak Anambas, Pulaunya Pangeran Brunei Darussalam Abad ke-17
BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Mendengar nama Desa Belibak di Kecamatan Palmatak Kepulauan Anambas Kepulauan Riau (Kepri), pasti langsung teringat dengan desa kreatif super prioritas Asosiasi Desa Kreatif Indonesia (ADKI).
Ya, Desa Belibak masuk dalam 10 besar desa kreatif di Indonesia, yang bersandingan dengan sembilan desa kreatif lainnya. Seperti Desa Burai Sumatera Selatan (Sumsel), desa Kaliploso Banyuwangi, Desa Marinsow Minahasa dan Desa Tumanggung Magelang.
BACA JUGA :
Subi Kecil dan Tradisi Kebudayaan Melayu yang Kental
Banyan Tree Temple, Klenteng Ratusan Tahun Berselimut Akar Pohon
Alif Stone Park, Taman Zaman Megalitikum yang Disukai Susi Pudjiastuti
Sebelum disematkan menjadi desa super kreatif, Desa Belibik terkenal dengan legendanya yang merakyat hingga saat ini, yaitu Legenda Pulau Pangeran.
Desa Belibak yang terdiri 5 pulau dengan total penduduk hanya 247 jiwa tersebut dikisahkan, menjadi salah satu tempat bermukimnya seorang pangeran asal Brunei Darussalam.
Kepala Desa Belibak Anambas Marzuki menceritakan, konon pada pertengahan abad ke-17 Masehi, seorang pangeran Brunei Darussalam bernama Pangeran Merte, berlayar menuju ke Johor Malaysia. Di perjalanan, kapalnya dihantam gelombang tinggi sehingga berlindung di Pulau Belibak.
Saat itu, banyak bajak laut yang menguasai wilayah Laut China Selata, termasuk di Kepulauan Anambas.
Mendengar adanya pendatang di daerahnya, penguasa wilayah di Anambas bernama Datuk Kaya Dewa Perkasa, memerintahkan anak buahnya mendatangi perahu Pangeran Merte.
“Pangeran Merte dan rombongannya, akhirnya dibawa anak buah Datuk Kaya Dewa Perkasa ke Gunung Kute untuk menghadapnya,” katanya.
Mereka ditanyai perihal maksud kapal mereka bersandar di bibir pantai Pulau Belibak. Saat diinterogasi, Datuk Kaya Dewa Perkasa tertarik dengan sosok Pangeran Merte, yang muda dan berwibawa.
Pangeran Merte mengungkapkan bahwa dia adalah pangeran di Brunei Darussalam, dan menjelaskan tentang maksudnya berlayar untuk mengunjungi keluarganya di Malaysia.
Datuk Kaya Dewa Perkasa akhirnya membiarkan seluruh penumpang kapal tersebut untuk kembali ke Belibak, terkecuali Pangeran Merte.
Datuk Kaya Dewa Perkasa menahan Pangeran Merte di Gunung Kute. Dia juga mengizinkan pangeran, untuk memantau pengikutnya seminggu sekali selama pengasingan di Pulau Belibek.
Karena sudah lama tinggal di Gunung Kute, akhirnya Pangeran Merte menikah dengan Putri Balousela, anak dari Datok Kaya Dewa Perkasa.
“Setelah pesta pernikahan, seluruh pemuka masyarakat termasuk dari Tarempa kala itu, diundang kembali oleh Datuk Kaya Dewa Perkasa,” ucapnya.
Mereka menggelar rapat, untuk memutuskan wilayah mana di Anambas, yang akan diberikan kepada Pangeran Merte dan Istrinya Putri Balousela.
Akhirnya Desa Belibak menjadi hadiah untuk pengantin baru tersebut, untuk dijadikan kota baru. Salah satu alasannya, karena Desa Belibak menjadi lokasi yang pertama kali disambangi Pangeran Merte.
Datuk Kaya Dewa Perkasa juga menjadikan Pulau Belibak sebagai lokasi tawanan kala itu. Ada banyak tawanan pedagang dari Tiongkok yang sebelumnya ditangkap saat mereka melintas di kawasan Anambas.
“Jika terlihat oleh Datok Kaya Dewa Perkasa dan anak anak buahnya, kapal-kapal tersebut akan dibajak dan penumpangnya akan ditangkap dan ditahan di Belibak,” ucapnya.
Meski belum ditemukan hasil penelitian secara ilmiah tentang cerita tersebut, namun beberapa situs makam bertuliskan arab melayu menjadi bukti bahwa, lokasi tersebut menjadi lokasi kedatangan orang-orang luar.