• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Misteri Tangisan di Puncak Cindai Menangis Gunung Daik

    Puncak Cindai Menangis Gunung Daik Kabupaten Lingga Kepri (Dok. linggakab.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Gunung Daik di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau (Kepri), awalnya mempunyai tiga puncak. Namun salah satu puncaknya patah, dengan rentetan cerita rakyat yang melegenda.

    Menurut cerita rakyat yang kabarnya berasal dari cerita Orang Kaya Cening yang bernama Abdul Manan, dikisahkan disetiap cabang mempunyai nama tersendiri.

    Cabang yang sebelah kanan paling besar bernama gunung Lingga, dan di tengah-tengah tegak runcing disebut dengan pejantan. Paling kiri yang pendek bernama Cindai Menangis.

    Dalam legenda yang hidup di tengah masyarakat Lingga, cabang Cindai Menangis yang pendek akibat patah. Dan jatuh ke laut menjadi Pulau Pandan, yang terletak di sebelah barat pulau Lingga. Pulau Pandan sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni.

    Nama puncak Cindai Menangis, awalnya bernama Cindai. Lalu, penambahan kata ’menangis’ didasari pada peristiwa tertentu, yang pernah terjadi pada zaman dahulu kala.

    Sebelum puncak Cindai itu patah, masyarakat sekitar gunung yang indah permai itu sering mendengar suara tangisan. Menurut orang – orang bermukim di sekitar pulau tersebut, suara tangisan yang selalu terdengar pada malam hari, itu bersumber dari puncak terindah itu. 

    Setelah patah, orang-orang tua menafsirkan bahwa tangisan tersebut, menandakan perihal dirinya akan patah. Dia sedih bahwa dirinya akan berpisah untuk selamanya dengan cabang lain, yakni Daik dan Pejantan.

    Namun ada cerita tersendiri tentang puncak terendah itu, yang harus hengkang dari atas gugusan puncak gunung tersebut. 

    Patahnya Gunung Daik itu atau puncak Cindai Menangis, tidak dapat diketahui pasti waktu terjadinya.

    Namun demikian, dikaitkan dengan orang – orang kuat yang pernah hidup di Daik, patahnya puncak cindai ini bersamaan dengan meninggalnya Datuk Kaya Montel.

    Datuk Kaya Montel adalah penjaga Laut, yang bertempat tinggal terahkir di Mepar sebuah pulau kecil yang dijadikan benteng oleh sultan, yang terletak arah Selatan Pulau Lingga.

    Datuk Kaya Montel disegani oleh setiap orang bukan hanya kekuatan fisiknya melainkan juga karna kekuatan batinnya.

    Dalam situasi yang sangat mendesak, dia dapat membuat air laut seperti tanah yang dapat dipijak untuk kegiatan berjalan.