Legenda-Legenda yang Menyelimuti Patahnya Puncak Gunung Daik (2)
BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Legenda Datuk Kaya Kuning bukan menjadi satu-satunya cerita rakyat, yang menyelimuti patahnya Gunung Daik di Pulau Lingga, Kabupaten Lingga Kepulauan Riau (Kepri).
Gunung yang tingginya sekitar 1.165 mdpl itu, mempunyai tiga puncak yang bercabang tiga. Patahnya puncak Gunung Daik tersebut, juga dikisahkan karena berakhirnya pertapaan Raja Inderagiri, yang ingin menambah kesaktian.
BACA JUGA :
Legenda-Legenda yang Menyelimuti Patahnya Puncak Gunung Daik (1)
Perairan Batu Berantai, dari Legenda Bocah Bijak Hingga Pantangan Maut
Gajah Mina, Legenda Hewan Laut yang Dipercaya Hidup di Perairan Natuna
Menurut cerita rakyat, Sultan Mun, Sultan Indragiri ke-19 bertapa di Gunung Daik selama 7 hari 7 malam. Raja Inderagiri tersebut memohon kepada Allah SWT, agar rakyatnya sejahtera. Serta meminta agar diberi kekuatan atau kesaktian, untuk dapat melindungi rakyatnya.
Sesuai dengan ilmu yang dituntutnya pada masa itu, pada hari ketujuh atau pada hari terakhir, dia menjejakan kakinya ke puncak gunung tempatnya bertapa.
Namun tiba-tiba, datang hujan dan petir menyambar-nyambar dan runtuhlah puncak Gunung Daik tersebut.
Sultan Mun pun ikut terjatuh ke bawah pada malam itu. Namun berkat lindungan Allah SWT, Sultan Mun selamat tidak kurang suatu apapun. Hanya saja, dia kehilangan kerisnya yang terselip di pinggangnya.
Sejak saat itulah Gunung Daik dikenal hanya memiliki 2 puncak, yang sebelumnya terdiri dari 3 puncak karena patah salah satu puncaknya.
Patahan puncak Gunung Daik yang berguling ke bawah dan jatuh ke laut itulah, yang juga dipercaya menjadi Pulau Pandan.
Dalam pantun-pantun Seloka zaman dahulu kala, masih disebutkan kalimat ‘Gunung Daik Bercabang Tiga’, namun sekarang hanya bercabang dua.
Akhirnya, putra Raja Indragiri yang bernama Raja Bernama Raja Umar bergelar Sultan Berjanggut Keramat Gangsal, menjadi Sultan ke-20 menggantikan Sultan Mun.
Baca selanjutnya : Kematian Datuk Kaya Montel