Perairan Batu Berantai, dari Legenda Bocah Bijak Hingga Pantangan Maut
BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Batu Berantai atau Batu Rantai menjadi salah satu legenda yang cukup terkenal di Kepulauan Riau (Kepri). Keberadaan batu berantai ini sendiri, berada di gugusan karang di perairan antara Pulau Belakang Padang dan Pulau Sambu Kepri, yang juga berada di perbatasan dengan negeri jiran Singapura.
Dikisahkan sekitar abad ke-14 di Kerajaan Melayu Tumasik, atau disebut Temasek (nama lama Singapura), hidup seorang seorang penguasa yang serakah bernama Raja Tumasik Paduka Seri Maharaja.
Paduka Seri Maharaja dikenal karena kekejamannya. Salah satunya, menenggelamkan secara hidup-hidup, seorang bocah laki-laki di bawah batu karang yang sekarang dikenal Batu Berantai.
BACA JUGA :
Gajah Mina, Legenda Hewan Laut yang Dipercaya Hidup di Perairan Natuna
Tasik Puteri Pepuyu, Legenda Dara Suci dan Raja yang Kejam
Pulau Lingga, Pusat Kerajaan Besar Ratusan Tahun Lalu
Perangai raja ini sangat buruk, terkenal kejam, sewenang-wenang, tamak dan juga iri hati. Saat itu, Negeri Tumasik mendapatkan musibah. Secara tak terduga, ratusan ribu ikan todak (swordfish) datang menyerang masyarakat.
Banyak warga yang meninggal dunia, karena diserang ikan todak tersebut. Paduka Seri Maharaja lantas memerintahkan, agar rakyat berpagar betis untuk menghadapi serangan ikan todak. Namun, usaha itu pun tidak membuahkan basil.
"Ikan-ikan todak terus mengamuk dan meningkatkan serangan hingga kian banyak rakyat yang menjadi korban," ucap Painan, salah satu warga Kepri.
Dalam keadaan bingung dan resah, seorang anak lelaki kecil datang menghadap Paduka Seri Maharaja dan dengan lantang berkeluh kesah dengan sang raja.
"Ampun Baginda Raja, sia-sia saja rakyat Paduka minta berpagar betis. Semua itu tidak akan dapat menghentikan serangan ikan-ikan todak. Sebaliknya, rakyat akan semakin banyak menjadi korban," ujar Painan menirukan perkataan anak bijak dalam legenda tersebut.
Paduka Seri Maharaja langsung murka, setelah mendengar ucapan si anak lelaki bernama Kabil tersebut. Dia memaki Kabil, yang merupakan seorang budak, yang sangat lancang memberi nasihat kepada dirinya.
Kendati dihina sang raja, Kabil tetap dengan argumennya. Dia menceritakan bahwa pagar betis manusia, tidak dapat menghentikan serangan ikan todak tersebut. Karena dia yang sehari-hari mencari ikan, sangat tahu sifat alami hewan tersebut.
Kabil juga menyarankan, agar sang raja mengganti pagar betis manusia, dengan batang-batang pisang, yang bisa melumpuhkan ikan-ikan todak tersebut.
Meski sebenarnya sangat jengkel dengan keberadaan Kabil, akhirnya Paduka Seri Maharaja menuruti saran bocah itu. Ia tidak mempunyai pilihan Iain. Ia lantas memerintahkan pemagaran daerah Tumasik dengan batang-batang pisang.
Segenap rakyat bersatu-padu memagar dengan batang pohon pisang hingga di pelosok Negeri Tumasik. Banyak ikan todak yang tersangkut di batang pisang, sehingga serangan terhenti.
Bocah Bijaksana yang Terbunuh
Meskipun sudah menyelamatkan Negeri Tumasik, Kabil akhirnya tewas ditenggelamkan oleh sang raja. Itu karena ulah penasihat raja, yang menghasut bahwa anak tersebut setelah besar nanti dengan kepandaiannya dianggap akan membahayakan kekuasaan raja.
Ia menyebutkan lokasi yang ditenggelamkan di perairan Batu Berantai, sudah dianggap melegenda di kalangan masyarakat Melayu di Kepulauan Riau, Singapura, dan Malaysia. Hingga saat ini masyarakat yang mayoritas nelayan menganggap lokasi tersebut terlarang.
Di lokasi perairan Batu Berantai itu, ternyata banyak kapal yang tenggelam. Para warga percaya, tenggelamnya kapal tersebut, karena melakukan larangan-larangan yang menjadi pantangan. Seperti di tahun 1960-an, kapal naga dari Singapura tenggelam di perairan Batu Berantai.
Salah satu pantangannya yaitu, dilarang membawa kue donat dan tidak boleh mengucapkan perkataan kotor, sombong dan takabur. Karena saat itu, salah satu kru kapal Singapura tersebut, membawa kue donat sebelum kapal karam.
Bahkan banyak warga setempat yang sering melihat penampakan seorang bocah laki-laki, yang sedang mengayuh sampan di perairan Batu Berantai.