Sastra Lisan yang Banyak Hancurkan Rumah Tangga, Emang Ada?
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Ternyata, di Provinsi Riau tepatnya di wilayah Rokan, dari hulu ke hilir berkembanglah sastra lisan.
Sastra ini berkembang di Antaukopa (sekarang Rantau Kopar) yang berada di tepi Sungai Rokan, sebuah tempat yang sering dilewati para pedagang karet di hulu yang hendak ke hilir dan sebaliknya.
Sastra lisan ini memiliki beberapa nama lain. Orang Pasir Pengaraian menyebutkan, lagu ini dengan logu ilie borakik (lagu hilir berakit).
Sebagian orang hilir Sungai Rokan menyebut sebagai lagu tolak tigo (lagu talak tiga).
Karena syair lagu Antaukopa ini digunakan, untuk memikat perempuan di kampung-kampung, sehingga banyak rumah tangga yang hancur karena syair lagu Antaukopa.
Pada waktu itu, setiap kali orang yang tinggal di hulu hendak menjual getah ke hilir, mereka selalu melewati tempat ini.
Menurut cerita, setiap kali orang dari hulu ini berlalu, gadis-gadis dan perempuan-perempuan yang tinggal di Antaukopa berdiri di rumah-rumah mereka yang terletak di tepian sungai.
Tidak diketahui darimana asalnya, mereka mulai menyanyikan pantun-pantun rayuan, yang dibalas oleh para lelaki yang melewati sungai dengan sampan-sampan mereka.
Oleh sebagian orang syairnya dianggap monyinggong atau sumbang, sehingga dikatakan, ‘pantang harimau bilo dinyanyikan di darek dan pantang buayo bilo dinyanyikan di sungai’ (pantang harimau bila dinyanyikan di darat dan pantang buaya bila dinyanyikan di sungai).
Kemunculan lagu Antaukopa erat kaitannya dengan aktivitas lalu lintas perdagangan getah karet, pada tahun 1930-an di sungai Rokan dan jaringannya.
Ketika itu, marak hubungan antara para lelaki yang menghilirkan getah karet dengan gadis-gadis dan perempuan - perempuan kampung di hilir sungai Rokan.
Pelaku dan penyanyi lagu ini adalah orang-orang hulu Sungai Rokan, dengan latar cerita lagu itu adalah kampung dan rantau-rantau di hilir Sungai Rokan.