• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Inilah Tradisi Syair Surat Kapal dan Makna Kapal Kayu Mini

    Tradisi Syair Surat Kapal (Dok. riaudailyphoto.com)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Biasanya, nasihat pernikahan diberikan oleh penceramah atau penghulu setelah akad dilaksanakan. Namun di Provinsi Riau, terdapat Tradisi Syair Surat Kapal, yang berisikan nasihat pernikahan yang hakiki.

    Syair Surat Kapal adalah sebuah karya sastra, milik masyarakat Melayu di Indragiri Riau. Tradisi ini sudah ada sejak dahulu kala. Bahkan sudah diwariskan secara turun-temurun ke anak cucu, dari zaman kerajaan Indragiri hingga saat ini.

    BACA JUGA:

    Mengenal Buwong Kuwayang, Tradisi Berobat dengan Roh Gaib 

    Kelompok Silat Sendeng dan Tondan, Identitas Bela Diri Khas Rokan

    Tari Cenai, Identitas Suku Bonai Rokan Hulu yang Unik

    Syair Surat Kapal mengisahkan perjodohan, antara seorang lelaki dan perempuan. Mengisahkan tentang awal pertemuan, hingga sampai ke mahligai pernikahan.

    Selain sepasang kekasih tersebut, juga diperkenalkan sosok saudara terdekatnya. Dan tentunya harapan mengarungi kehidupan rumah tangga. Tidak ketinggalan pula ada petuah, nasihat agama, dan doa pernikahan didalam tradisi ini.

    Kapal Kayu Mini

    Syair Surat Kapal dibacakan dalam upacara perkawinan. Disimbolkan dengan kapal kayu mini. Simbol kapal kayu mini ini, masuk dalam rangkaian upacara adat. Menjadi arak-arakan pengantin laki-laki menuju kediaman pengantin perempuan.

    Makna kapal tersebut, menurut para ahli, merupakan sebuah lambang kehidupan rumah tangga. Layaknya sebuah kapal di tengah lautan, rumah tangga tidak lepas dari goncangan gelombang, hujan, dan badai.

    Menariknya, Syair Surat Kapal, dahulu kala, ditulis dengan menggunakan tulisan Arab Gundul atau biasa disebut dengan Arab Melayu.

    Saat itu, tulisan latin belum begitu dikenal oleh masyarakat Melayu Indragiri. Kini, sudah sangat sulit kita temukan Syair Surat Kapal yang masih bertuliskan Arab Melayu.

    Menurut penuturan masyarakat Indragiri, dahulu permaisuri sultan sering melantunkan syair-syair kepada putra mahkota. Berupa buaian syair-syair yang berisikan nasehat dan cerita.

    Seiring berjalannya waktu, pembacaan syair menjadi kebiasaan untuk didengarkan dikalangan istana. Hingga sampai keluar istana ke kalangan rakyat biasa.

    Selain itu syair ini juga dibacakan untuk meninabobokan anak. Adakalanya berisikan cerita sepasang sejoli yang hendak menikah, terutama dari kalangan kerajaan.