• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Istana Damnah dan Puing-Puing Kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga

    Istana Damnah di Kabupaten Lingga Kepri (Dok. Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Istana Damnah di menjadi salah satu situs bersejarah di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau (Kepri), yang masih terjaga hingga sekarang.

    Dulunya,  istana ini terbilang sangat megah pada masanya, karena menjadi tempat tinggal penguasa Kerajaan Riau-Lingga. 

    Namun saat ini, Istana Damnah hanya tersisa tinggal bagian depan, tangga beserta sebagian tiang tembok pagar, yang bahan penyusunnya terbuat dari batu bata.

    BACA JUGA :

    Sejarah Masjid Raya Sultan Riau Penyengat Berbahan ‘Semen’ Putih Telur

    Joget Lambak, Tarian Melayu Riau Peninggalan Abad ke-17

    Kue Batang Buruk dan Serpihan Cinta Putri Raja Bintan

    Istana ini dahulu dibangun oleh Raja Muhammad Yusul Al – Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X pada masa periode 1857 sampai dengan 1899 M. Dia mendirikan istana ini pada tahun 1860 M, diperuntukkan sebagai kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II yang pada sebelumnya tinggal di Istana Kota Baru.

    Nama istana itu sendiri berasal dari nama kampung Damnah, yang sekaligus menjadi tempat dibangunnya istana bersejarah ini. 

    Selain karena tempatnya yang berada di desa, ditambah agak masuk ke dalam atau pelosok menyebabkan tidak akan ditemukan banyak fasilitas pendukung, yang berada atau tersebar di area sekitar cagar budaya ini.

    Di lingkungan situs bekas istana Damnah, sekarang berupa tanah perladangan dan hutan sekunder. Dari sisa-sisa bekas Istana Damnah, masih dapat digambarkan bahwa kompleks Istana Damnah dahulu terdiri dari dua bangunan, yaitu bangunan istana dan balairung (pendopo).

    Berdasarkan sisa- sisa pintunya, bangunan istana menghadap ke arah timur. Di sebelah timur bekas bangunan istana terletak bangunan balairung. yang tertinggal berupa bagian tangga pintu, fondasi tiang, tungku dapur, dan permandian.

    Tangga pintu di bagian muka  sebanyak  dua  buah  di  sisi  utara dan selatan, yang berbentuk sama. Jarak antara kedua tangga pintu adalah 21,50 meter. Tangga pintu pada bagian teratas memiliki ketinggian 1,60 meter dan lebar pintu 2,50 meter .

    Pada bagian bawah terdiri dari 5 trap tangga, sedangkan pada di abgian atas terdiri dari 3 trap tangga. Antara  trap  bagian  bawah  dan  bagian atas, terdapat bagian yang datar. Lantai pada anak tangga terbuat dari tegel bata (terakota) yang berukuran 35 x 35 cm.

    Fondasi tiang yang masih tersisa sebanyak 29 buah, yang terbuat dari susunan bata berlepa. Bekas bangunan balirung yang tertinggal  sekarang  hanya  bagian fondasi, berukuran 23, 80 x 20 meter.

    Bekas tangga pintunya berada di sisi utara,  timur,selatan,  dan barat.  Bagian tengah (lantai) sudah tertutup oleh tanah, sehingga tidak diketahui dengan pasti bahan yang dipakai untuk lantai. Bagian  fondasi  terbuat  dari  bata berlepa, dengan ketinggian 75 cm dari permukaan tanah  sekarang.