Sulitnya Temukan Bukti Kejayaan Kerajaan Johor di Riau
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Jika pernah mendengar keberadaan Kerajaan Johor, maka di Provinsi Riau konon terdapat sisa-sisa peradaban kerajaan besar itu.
Meski demikian, beberapa pendapat menyebutkan, wilayah Sungai Timun, Sungai Carang dan sekitarnya adalah bekas pusat Kerajaan Johor, sebagian lagi menyebutnya Kerajaan Riau Johor Pahang.
Seluruh kawasan itu disebut dengan Hulu Riau. Di sanalah nama Riau bermula hingga kini. Bahkan sejarah juga mencatat, kawasan Sungai Carang di Hulu Riau, Kota Tanjungpinang, pernah menjadi ibu kota kerajaan tersebut.
BACA JUGA:
Makam Tua Tanpa Nama di Bengkalis, Dikelilingi Peninggalan Barang Antik
Daeng Marewa dan Daeng Celak, Sosok Pemimpin di Masa Kesultanan Lingga
Ada Cerita Mistis di Wisata Lubang Kolam di Riau
Padahal hingga akhir 1990-an, Hulu Riau masih bisa dilayari kapal hingga ke Batu 10, Tanjungpinang.
Sungai Carang di Hulu Riau, tumbuh dan berkembang menjadi kota pelabuhan yang ramai didatangi banyak kapal dari penjuru dunia.
Apalagi sejak Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I, dilantik dan berkuasa dari sekitar tahun 1722-1760. Pada masa itu di Sungai Carang di Hulu Riau, setiap harinya didatangi ratusan kapal dagang asing.
Konon katanya, menjelang tahun 1700, Belanda mencatat sulitnya berlayar di Hulu Riau. Hal tersebut dikarenakan, banyaknya kapal dagang yang datang, buang sauh, sandar dan berlayar kembali. Tercatat, juga ada permukiman penduduk yang padat di sebelah utara Sungai Carang.
Namun kini, sebagian besar Sungai Carang di Hulu Riau sudah hilang tertimbun zaman. Apalagi, sulitnya menemukan wujud fisik kejayaan, karena sejak 1787 sudah ditinggalkan.
Makam Penuh Misteri
Di pesisir pantai di sekitar kawasan Sungai Timun, Kelurahan Kampung Bugis, Tanjungpinang, terdapat beberapa kuburan tua yang mash menyisakan tanya hingga kini.
Tidak ada nama di setiap nisan batu. Hanya berupa batu biasa yang dipahat kasar. Bentuk nisan ada yang bentuknya bulat panjang dan ada juga yang pipih.
Kuburan-kuburan tua itu, letaknya berserakan atau tidak dalam sebuah lokasi khusus, layaknya makam di era sekarang.
Meski begitu, paling tidak ada dua kuburan tua yang dikelilingi tembok ukuran sekitar 2×4 meter dan dengan tinggi sekitar setengah meter. Keberadaan kuburan-kuburan tua di kebun warga itu, cukup membuat bulu kuduk berdiri.
Apalagi beberapa kuburan yang dikelilingi tembok, yang batunya dari batu bauksit ukuran sekepalan tangan orang dewasa. Kuburan kuno itu, terlihat seram karena ada pohon besar dengan tinggi belasan meter, tepat di sebelah tembok.
Kuburan-kuburan tua itu juga, banyak ditemukan di sekitar jembatan Sungai Carang. Sejumlah di antaranya di sekitar lokasi situs Kota Rebah.
Sama halnya seperti kuburan tua di pesisir pantai kawasan Sungai Timun, semua kuburan tua itu tidak ada namanya. Nisan dari batu biasa yang dipahat kasar, sulit diketahui usianya.
Hanya posisi makam yang kepalanya mengarah ke kiblat, mengisyaratkan kuburan tua tersebut adalah makam umat muslim.