Batu Beranak, Terus Bertambah Secara Gaib di Makam Syech Umar ?
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Di Kota Dumai, Riau, ada wisata sejarah yang cukup unik, yakni Situs Batu Beranak. Tak hanya sebagai lokasi perlintasan di wilayah pesisir timur Sumatera, Kota Dumai juga memiliki banyak destinasi wisata.
Lokasi Situs Batu Beranak berada tak jauh dari pusat Kota Dumai, yakni di Jalan Budi Kemulyaan Pangkalan Sesai, Dumai Barat Riau.
Situs Batu Beranak tersebut, tak lepas dari nama Syech Umar, seorang ulama Suluk ternama di Kota Dumai. Nama jalan di lokasi situs tersebut, diambil dari nama Syech asal Kota Langakau, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
BACA JUGA:
Pulau Boyan Batam, Markas dan Pos Pemantauan Belanda di Zaman Penjajahan
Mengenal Ritual Betabek Sebelum Memulai Mandi Safar
Menikmati Keindahan Biota Laut dari Balik Labun Island Batam, Seru Banget!
Dikisahkan, Syech Umar menempuh perjalanan panjang saat menimba Ilmu Suluk. Suatu hari, Syech Umar membawa pesan, untuk mencari mumbang kelapa. Setelah didapat, mumbang kelapa itu lantas ditanam.
Syech Umar mendapat amanah, bila mumbang kelapa tumbuh besar menjadi pohon kelapa, maka daerah tersebut akan menjadi kota. Inilah asal usul Kota Dumai.
Keinginan beliau telah terwujud. Kini Dumai menjadi sebuah kota yang sudah berkembang dan makin dipercantik.
Batu Jantan dan Betina
Sementara, kisah Batu Beranak bermula dari sepasang batu, yakni Batu Jantan dan Batu Betina yang ada di makam Syech Umar. Kedua batu tersebut disimpan dalam sebuah wadah air atau tempayan.
Syech Umar lantas mengisinya dengan air hujan yang turun setiap malam Jumat. Setelah pesan itu ditunaikan, akhirnya batu melahirkan banyak anak. Konon hingga kini, jumlah batu itu terus bertambah.
Tempayan tersebut kini berada di dalam lokasi Makam Syech Umar dan tertutup rapat dalam sebuah rumah berwarna kuning.
Awalnya bangunan berarsitektur melayu tersebut, hanya dibangun dari kayu. Setelah menjalani beberapa kali pemugaran, makam tersebut kini lengkap dengan bangunan permanen.
Pada bagian depan bangunan, terdapat pilar kuning dan pilar hijau, serta satu gapura.
Makam tersebut kini dikelola oleh menantu Syech Umar yakni Khalifah Yunus.
Total ada lima makam di bangunan tersebut, di antaranya Syech Umar dan istrinya, Budiyah, makam dua anaknya yakni Budin dan Siti Mainmunah, ditambah makam satu cicitnya.
Tak ada catatan tersendiri tentang Syech Umar, namun sesuai nisan di pusara tersebut, Syech Umar lahir pada tanggal 1869, meninggal dunia di Dumai pada 1960. Sementara istrinya meninggal dunia setahun sebelum Syech Umar menghembuskan napas terakhir.