• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Tasik Puteri Pepuyu, Legenda Dara Suci dan Raja yang Kejam

    Ilustrasi Cerita Rakyat (IST)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Tasik Puteri Pepuyu adalah legenda yang mewarnai kisah rakyat di Pulau Padang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

    Pada masa sekarang, setelah pemekaran wilayah Kabupaten Bengkalis, Tasik Pepuyu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Meranti Kepulauan Riau (Kepri).

    Tasik ini bernama Tasik Pulau Padang, atau lebih dikenal dengan nama Tasik Pepuyu. Di sinilah legenda ini bermula.

    Cerita ini mengisahkan Mayang Mengurai, seorang dara suci menjadi penunggu di Tasik Pepuyu.

    Mayang Mengurai adalah seorang dara yang memiliki paras cantik jelita, yang menjadi idaman setiap lelaki yang memandangnya.

    Dia juga berbudi pekerti yang baik, lemah lembut dan pandai memasak. Mulai dari pemuda kampung sampai raja sang penguasa negeri, menginginkannya sebagai pendamping hidup.

    Pada suatu hari, raja mengumpulkan hulubalangnya dan memerintahkan mereka meminang Mayang Mengurai untuk jadi gundiknya.

    Menurut adat istiadat raja-raja, apabila raja menikah dengan rakyat biasa, maka perempuan itu statusnya hanya sebagai gundik bukan istri.

    Oleh karena alasan inilah, Mayang Mengurai, kakaknya dan kedua orangtuanya menolak pinangan raja. 

    Sebelum memberi kepastian pinangan raja ditolak, ayah Mayang Mengurai telah menyembunyikan Mayang Mengurai di tengah hutan. 


    Raja yang Kejam

    Waktu utusan raja datang menanyakan kepastian pinangan raja, ayahnya mengatakan Mayang Mengurai telah pergi entah ke mana.

    Mendengar jawaban tersebut, hulubalang membunuh kedua orang tuanya dan juga orang-orang kampung yang datang ke rumah Mayang Mengurai.

    Pada hari itu, banyaklah penduduk kampung Merbau yang terbunuh, karena ingin membantu keluarga Mayang Mengurai.

    Anjang, kakak Mayang Mengurai dapat melarikan diri dan selamat dari amukan para hulubalang raja.

    Pada hari itu, raja mengutus para hulubalang untuk membinasakan dan membakar kampung Merbau, sehingga Merbau bersimbah darah.

    Setelah peristiwa berdarah tersebut, banyak kalangan penduduk kehilangan keluarga, suami, istri, saudara dan anak-anaknya.

    Anjang akhirnya pergi mencari Mayang Mengurai ke tengah hutan. Mayang Mengurai disembunyikan ayahnya, di atas sampan yang terbuat dari sabut kelapa di pinggir laut di tengah hutan belantara.

    Setelah bertemu dengan kakaknya, Mayang Mengurai mendengarkan cerita semua peristiwa yang terjadi.

    Mayang Mengurai sangat sedih mendengar semua cerita kakaknya, tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa. Kedua kakak beradik itu akhirnya tinggal di hutan dan hidup berkebun.

    Dia tidak mau balik ke kampungnya lagi, karena telah bersumpah tidak akan kembali ke kampungnya.

    Akhirnya penasehat raja membuat siasat, dengan memfitnah bahwa mereka berdua telah melakukan perbuatan sumbang.

    Fitnahan tersebut terdengar oleh raja, maka raja memerintahkan agar keduanya dihukum.


    Keajaiban Terjadi

    Kedua kaki dan tangan Anjang serta Mayang Mengurai diikat dan dimasukkan dalam lukah tengo, lalu dibuang ke laut.

    Mayang Mengurai sendiri lebih rela dibuang ke laut, daripada menjadi gundik sang raja.

    Arus air laut menghanyutkan mereka ke tengah laut, namun mereka tak henti-hentinya berdoa kepada Tuhan agar diberi perlindungan dan keselamatan.

    Dengan izin Allah SWT, melalui bantuan ikan hiu dan Jenggi, mereka terdampar di Pulau Sadai.

    Sadai dalam bahasa Melayu artinya sama dengan dampar , jadi tersadai sama artinya dengan terdampar.

    Anjang dan Mayang Mengurai memulai hidup di Pulau Sadai, mereka berkebun dan menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

    Untuk keperluan air minum, mereka membuat perigi di pinggir laut, tetapi airnya tawar.

    Banyak juga pelaut yang singgah di pulau ini, terutama yang membutuhkan air tawar.

    Anjang dan Mayang Mengurai memberikan sebagian hasil kebun dan ikan yang mereka tangkap, kepada orang-orang yang mampir ke pulau tersebut.

    Utusan Raja

    Pada suatu hari, para petualang panglima Malaka sampai ke Pulau Sadai untuk mencari air tawar.

    Mereka bertemu dengan Mayang Mengurai dan dipersilakan mengambil air tawar.

    Sebelum pulang, Mayang Mengurai memberi mereka bungkusan berisikan ikan terubuk yang disalai.

    Bungkusan itu diberikan kepada raja dan raja merasa masakan itu sangat enak.

    Akhirnya raja mengutus para panglima menemui Mayang Mengurai, untuk dijadikan permaisuri.

    Kedatangan utusan raja di Pulau Sadai, membuat Mayang Mengurau ketakutan karena teringat masa lalunya.

    Dia lalu menemui kakaknya dan melaporkan kedatangan utusan raja.

    Tanpa pikir panjang, Anjang mengajak Mayang Mengurai duduk di sampingnya, sambil mengibaskan sajadahnya itu Anjang berseru : 

    "Andainya engkau terbang ke Bengkalis, engkau akan menjadi ayam putih. Jika engkau terbang ke Tanjung Padang, engkau akan menjadi penunggu Tasik Pepuyu. Jika aku ke laut, aku akan jadi buaya dan jika aku ke darat aku akan jadi harimau,"


    Puteri Tasik Pepuyu

    Dengan sekejab mata, hilanglah Mayang Mengurai dan Anjang dari pulau itu.

    Rupanya dengan kibasan sajadah itu, Mayang Mengurai terbang ke Tanjung Padang dan terdampar ke Tasik Pepuyu. 

    Sedangkan Anjang terbang ke daratan Malaka dan menjadi seekor harimau.

    Akhirnya Mayang Mengurai menetap di Tasik Pepuyu Tanjung Padang, yang terletak di Pulau Padang.

    Masyarakat menamakan Mayang Mengurai, dengan nama Puteri Tasik Pepuyu.

    Sedangkan Anjang berada di daratan Melaka dan telah menjadi harimau jantan.

    Anjang berubah wujud menjadi harimau, dengan telapak kaki kanannya seperti telapak kaki anak-anak.

    Sedangkan yang sebelah kirinya, tetap seperti telapak kaki harimau. Utusan raja sangat kecewa, karena tidak dapat bertemu dengan Mayang Mengurai.