Pelabuhan Tua Bagansiapiapi, Saksi Bisu Peristiwa Bagan Bertempur
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Bagansiapiapi, Ibu Kota Kabupaten Rokan Hilir, di Provinsi Riau, merupakan daerah penghasil ikan terbesar di dunia ini pernah berkembang pesat. Kawasan tersebut memiliki banyak tempat bersejarah, yang menandakan peradaban yang sudah ada sejak lama.
Selain sebagai penghasil ikan, Bagansiapiapi juga dikenal sebagai galangan kapal kayu terbesar di Indonesia. Bahkan, kapal buatan Bagansiapiapi mampu menembus berbagai jenis karakteristik lautan, sehingga digunakan hampir diseluruh pelosok nusantara.
Antara lain di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan Maluku, dan di luar negeri, bahkan juga diminati oleh nelayan-nelayan Srilanka, India dan Amerika.
Salah satu tempat bersejarah di Kota Bagansiapiapi adalah Pelabuhan Tua. Sayang, bentuk pelabuhan yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1942 itu, kini tidak lagi utuh. Di tempat bersejarah tersebut, sudah menjadi daratan tanah timbun.
Kondisi bekas dermaga di pelabuhan tua itu, sudah dimakan karat. Selain besi dermaga sepanjang 100 meter, di tempat yang sama juga terlihat gudang tua yang dibangun pada tahun 1920.
Dahulu, gudang tersebut difungsikan untuk menampung barang-barang yang dipakai oleh maskapai pelayaran Belanda.
Pelabuhan tua itu terletak di halaman belakang Kantor Bea Cukai Bagansiapiapi. Berdasarkan cerita warga sekitar, kawasan bekas pelabuhan tersebut ingin dijadikan perumahan oleh pihak Bea dan Cukai di Batam Kepri. Namun keinginan ini ditolak oleh masyarakat dan juga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rokan Hilir.
Karena, selain sebagai tempat turun naiknya penumpang dan lalu lintas perdagangan, tetapi menjadi saksi bisu dalam peristiwa heroik pada masa awal kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Bagan Bertempur.
Pertempuran masyarakat tempatan dengan pendatang dari Tiongkok, yang tidak mau mengibarkan bendera Merah Putih, tetapi bersikeras mengibarkan bendera Kuo Mintang (Bendera Bintang Dua Belas).
Dalam peristiwa itu, seorang laskar bernama Khalifah Usman, tewas terbunuh oleh lawan dan mayatnya dibuang diujung pelabuhan tersebut.
Konon ceritanya, tubuh Khalifah Usman yang terluka mengucurkan darah berwarna putih. Namun, sampai hari ini jasadnya tidak pernah ditemukan.
Menurut kepercayaan, sebagian besar para tetua di Bagansiapi-Api, darah putih dan jasad yang tidak ditemukan itulah yang menjadi sebab tumpatnya alur pelayaran di sekitar pelabuhan.