Pulau Amat Belanda, Eks Lokalisasi yang Kini Jadi Penghasil Rumput Laut di Kepri
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Jika mendengar nama Pulau Amat Belanda, warga Kepulauan Riau (Kepri) langsung membayangkan, lokasi ini adalah pulau kecil di perairan Belakang Padang, yang menjadi eks lokalisasi.
Puluhan tahun lalu, pulau yang berhadapan dengan Singapura di wilayah Kecamatan Belakang Padang tersebut, menjadi pusat hiburan surga dunia yang selalu ramai baik siang maupun malam.
Jejak masa lalu Pulau Amat Belanda, masih dapat dijumpai hingga kini tidak hanya bangunan bekas rumah makan, klub malam tapi juga deretan kamar yang dulu jadi lokalisasi.
Pulau Amat Belanda yang disebut juga sebagai Pulau Babi, merupakan surga hiburan pada tahun 1990-an hingga tahun 2000-an. Apalagi, letak Pulau Amat Belanda berhadapan Singapura.
Sebutan Pulau Babi itu, dikarenakan dulunya ada warga yang memelihara babi. Namun, sekarang tidak ada lagi dan saat ini nama sahnya Pulau Amat Belanda.
Nama Pulau Amat Belanda diambil dari nama seseorang yang telah lama menetap, yakni namanya Amat dan mirip sekali dengan orang Belanda. Maka, diresmikanlah nama Pulau ini menjadi Pulau Amat Belanda.
Para warga di Pulau Amat Belanda dulunya sangat mudah untuk mencari uang, di tanah kelahirannya. Semua usaha maju dan banyak yang belanja menggunakan dolar. Mereka mengantungkan hidupnya, dari para pengunjung pulau yang datang dan berlibur.
Kini, pulau tersebut kini telah ditinggalkan para ‘penghuni lamanya’, menyusul berpindahnya keindahan duniawi di bagian lain di Kota Batam Kepri.
Pada tahun 2000-an, perekonomian di pulau ini mulai menurun, dikarenakan tidak ada lagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Amat Belanda. Namun kini, mereka bangkit dan mengusahakan sendiri hasil laut yang melimpah di perairan pulau.
Kini, masyarakat Pulau Amat Belanda tengah bertahan hidup dengan rumput laut dan mencari ikan. Sargassum, salah satu jenis rumput laut bisa dijadikan lahan pekerjaan kini.
Siapa sangka, rumput laut yang dulunya dianggap sampah oleh masyarakat sekitar kini sangat bernilai. Bahkan salah satu keluarga di Pulau Amat Belanda, dapat mengambil rumput laut 100-200 kilogram perhari, tergantung kendaraannya untuk mengambil ke laut.
Satu kilogramnya dihargai Rp1.300. Bayangkan saja jika warga bisa mengumpulkan 100 - 200 kilogram per hari, sangat mampu mendongkrak perekonomian warga sekitar. Bahkan saat ini, hasil yang didapatkan para nelayan rumput laut, nantinya akan diekspor ke luar negeri.
Setelah melalui proses pengeringan, rumput laut nantinya dikirim ke luar negeri hingga puluhan ton, seperti ke Tiongkok, Vietnam dan negara lainnya.