• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Rumah Melayu Atap Lontik, Bermakna Rukun Iman Hingga 7 Tingkatan Surga

    Rumah Atap Lontik, rumah tradisional Riau (Dok. kompas.com)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Rumah Melayu Atap Lontik, atau sering juga disebut sebagai Rumah Lontiok, Rumah Lancang atau Rumah Pencalang. 

    Rumah ini merupakan salah satu rumah adat di Riau. Rumah adat ini menjadi tempat tinggal bagi masyarakat suku bangsa Melayu, di Lima Koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

    Keunikan utama dari Rumah Lontik terletak pada jumlah anak tangganya yang selalu ganjil, semisal lima, tujuh, sembilan, sebelas dan seterusnya.

    Ternyata, nama Lontik didasarkan pada bentuk ujung perabung atapnya yang melentik ke bagian atas.

    Ujung perabung atas yang melentik ke atas ini, melambangkan jika kehidupan awal serta akhir manusia selalu berasal dan berakhir kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Rumah Lontik merupakan rumah panggung yang berbentuk persegi panjang. Tujuan pembuatan rumah panggung ini, untuk menghindari serangan binatang buas serta bahaya banjir yang bisa datang kapan saja.

    Secara garis besar, Rumah Lontik menggunakan tangga, tiang, rasuk, gelegar, tutup tiang, alang, kasau, tunjuk langit, sento dan jenang sebagai elemen yang selalu ada dalam rumah adat ini.

    Uniknya, beberapa elemen tersebut selalu identik dengan makna tertentu. Misalnya tiang segi empat di Rumah Lontik, melambangkan empat arah mata angin, harapannya sang penghuni bisa mendapatkan rejeki dari empat arah tersebut.

    Selain itu, tiang segi enam juga memiliki makna tersendiri, yakni melambangkan rukun iman dalam agama Islam, tiang segi tujuh melambangkan tujuh tingkatan surga serta neraka, dan lain sebagainya.

    Ada tiga tata letak atau susunan ruangan di Rumah Lontik, yakni ruang pertama, kedua dan ketiga.

    Dalam kehidupan sehari-hari, ruang pertama digunakan untuk tempat tidur ninik mamak. Sedangkan ruang bawah, difungsikan sebagai tempat beribadah.

    Ruang kedua sebagai ruang tengah atau rumah induk, dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai tempat tidur pemilik rumah.

    Dan ruang ketiga sebagai ruang belakang atau pedapuran, yang digunakan sebagai dapur dan tempat makan keluarga.

    Terkadang antara ruang belakang dan ruang induk sering terlihat menyatu, karena tidak adanya pembatas berupa ruangan lain atau yang sering disebut telo atau sulo pandan.