Mengenal Tradisi dan Tarian Batobo yang Kian Meredup
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Batobo atau Toboh dalam bahasa Melayu Riau berarti berkawan-kawan, berkelompok, ataupun bersama-sama, dan menjunjung prinsip kebersamaan dan kekeluargaan.
Tujuan dari tradisi Batobo adalah untuk pengelolaan lahan pertanian, baik berkelompok secara umum maupun berkelompok secara persukuan.
Dengan mengelola lahan pertanian secara berkelompok, pengerjaan bisa selesai lebih cepat, sekaligus memompa semangat gotongroyong antar warga.
Sayangnya, tradisi Batobo ini kini semakin meredup keberadaannya. Apalagi di tambah banyaknya warga yang berpindah dari desa ke kota, dan menyerap bermacam budaya modern.
Seiring dengan perkembangan waktu, nilai-nilai sosial yang ada pada tradisi Batobo mulai berubah kearah finansial. Kelompok Batobo mulai dikomersilkan.
Jika dahulu Batobo benar-benar sebuah tradisi turun temurun, maka seiring zaman berubah, pemilik sawah yang ingin memakai jasa Batobo yang disewa harus membayar upah sejumlah yang ditentukan.
Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat, yang mulai beralih dari bermata-pencaharian petani, menjadi profesi yang lainnya.
Istilah bagi yang menjual jasa Batobo adalah Manjual Parari. Sedangkan untuk yang membelinya dinamakan dengan Mamboli Parari.
Tarian Batobo
Tradisi Batobo juga diwujudkan dalam bentuk tarian tradisional. Tarian Batobo merupakan tarian berkelompok, yang menceritakan kisah menanam padi di ladang. Para penari melakukan gerakan-gerakan seperti semak, manugal , menyiang ladang hingga menuai padi.
Tarian ini juga biasanya dipadukan dengan music randai untuk daerah Kuantan Singingi. Selain nyanyian dan tarian, biasanya juga ditabuh bunyi-bunyian dari alat musik rarak godang, antara lain Talempong, Gong, Gendang dan sebagainya.