• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Kisah Raja Alam dan Raja Buwang, Perebutkan Tampuk Kerajaan Siak

    Makam Raja Alam dari Kerajaan Siak (Dok. bayuwinata.wordpress.com)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Kisah Raja yang satu ini, menceritakan tentang kedua kakak beradik yang memperebutkan tahta kerajaan. Adalah Raja Alam diperkirakan lahir di Rawas, antara tahun 1705-1712 dengan nama Tengku Rabiul Alamuddin.

    Raja Alam ini merupakan abang dari Raja Muhammad atau Tengku Buwang Asmara Sultan Siak yang kedua. Jika Raja Muhammad terlahir dari perkawinan Raja Kecik dengan seorang perempuan Bangsawan Melayu.

    Maka, Raja Alam terlahir dari perempuan orang asli yang merupakan penguasa di Batu Kucing daerah Rawas Jambi.

    Kemunculan pertama Raja Alam di Siak, diperkirakan terjadi pada tahun 1725/1730 M, sebelum menjadi Sultan Siak yang ke empat perjalanan panjang telah dilalui oleh Raja Alam dalam suka dan duka.

    Pengembaraan Raja Alam keluar dari Kerajaan Siak, terjadi sekitar tahun 1735, setelah kalah dalam perebutan kekuasan antara Raja Alam dan adiknya Raja Buwang.

    Sejarah menyebutkan, yang lebih di sukai oleh para pembesar istana, terutama oleh Empat Datuk sebagai dewan kerajaan yang sangat berpengaruh. Terutama dalam sistem pemerintahan Kerajaan Siak nantinya, adalah sosok Raja Buwang, bukan Raja Alam.

    Pertentangan antara Raja Alam dan Raja Buwang yang sudah berkembang menjadi perperangan. Sehingga menimbulkan huru hara di dalam Negeri Siak, sehingga salah seorang di antara mereka harus meninggalkan Negeri Siak ini. Pada akhirnya, Raja Alam meninggalkan Siak.

    Mengembara Hingga Menikah

    Sejak keluar dari Kerajaan Siak, Raja Alam mulai melakukan pengembaraan yang sangat berharga dan membuatnya lebih siap untuk menduduki tahta Siak suatu saat nanti.

    Dalam pengembaraan tersebut Raja Alam banyak menguasai dan berhubungan dengan daerah-daerah yang kelak akan menjadi pendukung bagi kekuasaannya.

    Beliau pernah menjadi Raja Muda Pelalawan, menguasai daerah Batu Bara sebagai basis kekuasaannya pada tahun 1741, namun dengan tetap mengontrol daerah Siantan sampai tahun 1749/1750.

    Pada akhir tahun 1749 atau diawal tahun 1750 Raja Alam menikah dengan Daeng Tijah atau Tengku Ampuan binti Daeng Pirani, atas jasa dan usaha dari Syaid Usman yang merupakan orang kepercayaanya yang juga kelak akan menjadi menantunya.

    Dalam merebut haknya untuk menduduki tahta Siak, sering kali terjadi perang antara Raja Alam dengan Raja Buwang. Uniknya, terkadang Raja Alam yang menang, namun kemudian silih berganti menjadi Raja Buwang yang menang.

    Pada akhirnya, di bulan Agustus 1755 dengan bantuan dari pasukan Belanda serta bantuan dari pasukan Johor, dibawah pimpinan Raja Sulaiman yang merupakan adik dari ibunya, Raja Buwang kembali merebut tahtanya dari Raja Alam.

    Setelah kemenangannya ini, Raja Buwang lalu memindahkan pusat kekuasaannya dari Buantan ke Mempura.

    Perebutan kekuasan ini mencapai puncaknya pada 16 juni 1761, Mempura yang merupakan pusat pemerintahan Raja Buwang /Muhammad, yang telah digantikan oleh anaknya yaitu Raja Ismail dapat dikalahkan oleh Raja Alam dan pada tanggal 26 juli 1761. Raja Alam secara resmi dilantik sebagai Sultan Siak dengan gelar Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.