• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    5 Fakta Karimun yang Harus Kamu Ketahui

    Karimun Kepri (Dok. karimuntourism)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Kabupaten Karimun di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), merupakan wilayah yang berbatasan dengan Philip Channel Singapura dan Semenanjung Malaysia di sebelah utara, Kabupaten Indragiri Hilir di sebelah selatan, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Pelalawan di sebelah barat, serta Kota Batam di sebelah timur.

    Kabupaten Karimun berada di jalur lalu lintas perdagangan dunia di Selat Malaka dan Singapura. Daerah ini diapit oleh tiga negara sehingga memengaruhi pesatnya perkembangan kabupaten.

    Karimun juga menyandang status Free Trade Zone (FTZ) yang berpengaruh pada kegiatan perekonomian. Wilayah kabupaten berupa gugusan pulau yang terdiri dari pulau besar dan kecil dengan luas total sebesar 7.986 kilometer persegi.

    Ada sebanyak 250 pulau berada di Kabupaten Karimun dan hanya 57 pulau saja yang sudah berpenghuni.

    Dua pulau besar yang menjadi pusat permukiman dan perekonomian berada di Pulau Karimun dan Pulau Kundur. Ibu kota Kabupaten Karimun berada di Tanjung Balai Karimun. Inilah 5 Fakta terkait Kabupaten Karimun :

    1. Sejarah Kabupaten Karimun

    Hingga abad ke-13, wilayah Karimun berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang ditandai dengan masuknya pengaruh agama Buddha.

    Pengaruh ini dibuktikan oleh prasasti di Desa Pasir Panjang. Di sana tertulis bahwa Karimun sering dilalui oleh kapal dagang.

    Pengaruh Islam masuk ke Karimun pada 1414 lewat Kerajaan Malaka. Sejak Malaka direbut oleh Portugis pada 1515, penduduk Malaka menyebar ke pulau-pulau yang berada di Kepri, termasuk Karimun.

    Di tahun 1722-1784, Karimun berada di bawah kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga yang dikenal sebagai penghasil gambir dan tambang.

    Berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999 Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi tiga kabupaten, yaitu Kepulauan Riau, Karimun, dan Natuna.

    Karimun pun resmi sebagai kabupaten yang berdiri sendiri dengan tiga kecamatan. Berdasarkan Perda No.02 Tahun 2012, Karimun kembali dimekarkan menjadi 12 kecamatan.

    2. Masjid Raya Haji Abdul Ghani

    Masjid Raja Haji Abdul Ghani merupakan masjid tertua yang berada di Kabupaten Karimun. Lokasinya berada di Kecamatan Buru. Masjid ini dibangun pada abad ke-19 atau 1823 M pada masa pemerintahan Raja Abdul Ghani.

    Arsitektur dari masjid dirancang oleh orang Tionghoa yang membangun kelenteng, tidak jauh dari Masjid Raja Haji Abdul Ghani. Bangunan masjid terdiri dari tiga bagian yaitu bangunan induk, kolam, dan menara.

    Bangunan induk dengan menara dihubungkan oleh lorong sepanjang 4,5 meter yang dilengkapi dengan pintu kecil untuk menaiki menara.

    Menara ini berbentuk silinder setinggi 14 meter. Semakin ke atas, maka bentuknya semakin runcing. Bentuk puncak dari menara ini menyerupai tempat pembakaran hio pada kelenteng China.

    3. Vihara Cetiya Tri Dharma

    Vihara Cetiya Tri Dharma berada di bibir pantai Kecamatan Buru, sekitar seratus meter dari Pelabuhan Masjid Pulau Buru. Vihara ini sudah berumur seratus tahun lebih.

    Bangunan vihara ini masih sama, perbaikannya hanya dengan mengecat ulang saja, khususnya pada bagian sisi depan pintu utama.

    Daun pintu dan kusen pun tetap dipertahankan seperti aslinya. Menurut catatan sejarah, vihara yang didominasi berwarna merah terang ini, dibangun sekitar 1832.

    4. Makam Si Badang

    Makam Si Badang termasuk situs cagar budaya di Kabupaten Karimun yang terletak di Desa Kandis, Kecamatan Buru. Makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi Datok Badang, seorang tokoh masyarakat lokal. Ia menjadi hulubalang yang terkenal pada masa Kesultanan Riau-Lingga.

    Datok Badang disebut seorang yang sakti dan kuat. Dengan kesaktian dan kekuatannya, ia dapat melawan perompak laut yang menggangu perairan di wilayah Kesultanan Riau-Lingga.

    Makam yang berada di area hutan ini berukuran sangat panjang, yaitu 427 cm dengan lebar 60,05 cm. Masyarakat yang berkunjung atau berziarah ke makam ini pun, tidak hanya masyarakat setempat dan Karimun saja, tetapi wisatawan Singapura dan Malaysia juga berziarah ke makam ini.

    Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Makam Si Badang merupakan tempat mengabulkan permohonan.

    5. Tari Dangkong

    Tarian tradisional yang lebih dikenal dengan sebutan Joget Dangkong dipengaruhi oleh tarian rakyat Portugis yang datang pada abad ke-15.

    Bangsa Portugis memperkenalkan tarian rakyat mereka dengan iringan musik gendang tambur dan biola.

    Lambat laun, kesenian ini menarik masyarakat Melayu dan berkembang di Kepulauan Riau, khususnya di wilayah Moro.

    Dulunya, joget ini dilakukan sebagai hiburan para nelayan di pantai. Kini, Joget Dangkong juga dilakukan ketika acara pernikahan, acara adat Melayu, maupun kegiatan-kegiatan pemerintahan. Tariannya diiiringi alat musik biola, gong, dan gendang.