Harga Komoditas di Batam Merangkak Naik Jelang Nataru 2022
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Berbagai komoditas di Kota Batam Kepulauan Riau (Kepri), mulai merangkak naik, terutama jelang Hari Raya Natal 2020 dan Tahun Baru 2022 (Nataru) mendatang.
Peningkatan harga tersebut, cukup berdampak pada warga Batam. Karena, pemulihan ekonomi baru berangsur, selama pandemi COVID-19.
Ternyata, kenaikan komoditas tersebut, sudah diprediksi oleh para pemilik toko. Terlebih jelang Nataru setiap tahunnya.
"Setiap tahun pasti ada kenaikan harga. Misalnya menjelang Ramadan, itu naik juga. Sama dengan natal tahun baru ini, harga sembako ikut naik," kata salah satu pemilik kedai sembako di Bengkong, Alim, Selasa (16/11/2021).
Diakuinya, harga tersebut merata di seluruh Batam. Artinya tidak ada yang lebih murah, atau berpatok pada harga sebelumnya.
"Semuanya sama. Kalau pun ada selisih paling cuma seribuan. Nah, harga ini bukan kami pribadi yang menaikkan, tapi emang dari sananya (distributor) udah naik," ujarnya.
Karena itu, sejumlah masyarakat kelas menengah hingga ke bawah mengeluh. Kenaikan harga tersebut, dinilai tak wajar dan patut dipertanyakan.
"Ini naiknya kenapa, Apa sebabnya, Kalau naik Rp2.000 - Rp3.000-an, ya bisa dimaklumi lah. Ini sampai 10 ribu lebih," kata Wati, salah seorang IRT di Batam.
Tepatnya sepekan lalu, harga minyak goreng kemasan ukuran 2 liter masih di angka standar. Yakni berkisar Rp 20.000 - Rp23.000.
Namun, menjelang Nataru 2022, harga komoditas itu merangkak naik. Kini sudah mencapai Rp35.000.
"Cabe hijau keriting pun ikut naik, sampai Rp40.000 per Kilogram. Gimana coba, apa mau kayak gini terus-terusan," ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Wakil Wali Kota (Wawako) Batam Amsakar Achmad, beralasan bahwa kenaikan harga minyak goreng.
Karena kebijakan Kementrian Perdagangan (Kemendag), untuk tidak memperbolehkan peredaran minyak goreng curah.
"Selain karena harga minyak dunia naik, kebijakan pemerintah pusat, mengenai minyak goreng curah juga menjadi faktor penentu. Saat ini minyak goreng yang hanya boleh dijual, adalah minyak goreng kemasan," ujarnya.
Amsakar juga berkilah, mengenai harga cabai yang memang sudah mengalami kenaikan. Penyebabnya yakni, stok di Kota Batam mengalami keterbatasan.
Selain itu, kondisi lainnya yang jadi pemicu kenaikan komoditas pangan.
Karena, kondisi cuaca saat ini yang sedang dalam musim penghujan. Akibatnya, pengiriman dari daerah penghasil menjadi terkendala.
Dia juga menyebutkan, Batam masih bergantung pada daerah di Pulau Jawa, untuk menyediakan komoditas pangan, termasuk cabai.
"Sehari seharusnya bisa 5 ton, namun pengiriman pasokan terganggu, dikarenakan cuaca ektrem saat ini. Proses pengiriman masih menggunakan jalur laut," ujarnya.
Alasan lain, lanjutnya, yakni ketersediaan stok pangan di Batam yang semakin menipis. Tentunya itu tak cukup, untuk memenuhi permintaan pasar.
"Ada pertanian cabai lokal kita, namun hasilnya tidak bisa mencukupi," kata Amsakar.