Soroti Tingginya Kekerasan Anak dan Perempuan, Ini Langkah Gubernur Kepri
BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad, menyoroti masih tingginya kasus kekerasan, terhadap perempuan dan anak di daerah yang dipimpinnya.
Dia mengatakan, secara kuantitatif jumlah perempuan dan anak di Kepri mencapai dua pertiga dari jumlah penduduk, yang terhimpun dalam unit-unit keluarga. Perbandingan yang cukup besar ini, membuat rentan mengalami kekerasan dan diskriminasi.
Ansar Ahmad mengatakan, hal tersebut bisa ditekan dengan upaya kolaborasi dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Terutama untuk mendapatkan dukungan dari semua pihak, dalam memperkuat fungsi keluarga sendiri.
Dia menilai, tingginya angka kekerasan anak dan perempuan di Kepri salah satunya disebabkan mobilitas masyarakat cukup tinggi.
“Angka kemiskinan dan pengangguran, yang masih tinggi yang jadi pemicu kekerasan terhadap anak dan perempuan,” ucapnya, Kamis (11/11/2021).
Peningkatan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, lanjut Ansar Ahmad, menjadi potret lemahnya ketahanan keluarga.
Gubernur Kepri menuturkan, sosialisasi pemenuhan hak anak, pola pengasuhan dan peran keluarga dalam membentuk keluarga yang berkualitas perlu digalakkan.
“Ini sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga, melalui keterlibatan wanita di bidang ekonomi," ujarnya.
Ansar Ahmad juga menekankan, pentingnya melakukan kerja sama dengan kelompok organisasi masyarakat. Seperti Majelis Ulama Islam (MUI) dan Organisasi Da'i Perempuan.
Agar materi-materi tentang pentingnya perlindungan perempuan dan anak, dapat tersalurkan melalui masjid-masjid, pengajian dan kegiatan keagamaan lainnya.
Dia juga mengapresiasi usaha-usaha pengembangan ekonomi, yang digagas oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Kepri, seperti pengembangan sekolah perempuan dan pengembangan usaha mikro.
"Yang perlu diperhatikan adalah pembinaan kualitas, baik produk maupun kemasannya. Karena biasanya produk kita rasanya enak, namun kemasannya selalu kalah," katanya.
Ratusan Kasus Kekerasan
Ditambahkan Kepala Dinas P3AP2KB Kepri Misni, dari waktu ke waktu, kekerasan terhadap anak dan perempuan cenderung meningkat jumlahnya. Serta, jenis kekerasan dan modusnya pun semakin bervariasi.
Dari data sistem pelaporan Simphoni tahun 2019, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sebanyak 552 kasus, kemudian pada tahun 2020 sebanyak 589 kasus dan sampai dengan tanggal 8 November 2021 terdapat 298 kasus.
Dia melanjutkan, salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui sosialisasi secara masif kepada masyarakat secara luas.
Terlebih dalam Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), yang merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan yang memiliki jejaring sampai ke tingkat desa/kelurahan.
“Bisa menjangkau hingga unit keluarga, perannya menjadi sangat strategis dalam melejitkan dakwah ditengah masyarakat dalam upaya pencegahan terhadap perempuan dan anak," ucapnya.
Misni melanjutkan, hal tersebut dipandang perlu melakukan kerjasama antara Dinas P3AP2KB Kepri dengan BKMT Kepri.
Apalagi dalam penyebarluasan informasi, terkait dengan pengasuhan dalam keluarga, peran ayah, pemenuhan hak perempuan dan anak serta kesetaraan laki-laki dan perempuan.
Misni menjelaskan, program inkubasi bisnis pelaku UMKM perempuan dimulai sejak tahun 2019 dan sampai tahun 2021, telah menghasilkan 108 peserta yang aktif dalam menghasilkan produk.
"Kami melihat kegiatan inkubasi bisnis ini berpotensi untuk dikembangkan. Jadi perlunya dukungan OPD terkait, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kepri, Dinas Koperasi dan UKM Kepri yang menjadikan peserta ini binaan bersama," katanya.