Asal Usul Teater Dulmuluk Palembang, Terinspirasi dari Karya Raja Ali Haji
BATAM, MELAYUPEDIA.COM – Teater Dulmuluk merupakan salah satu pentas seni tradisional khas Palembang Sumatera Selatan (Sumsel).
Teater yang memainkan cerita kerajaan, dibawa dengan jenaka dan penuh gairah. Salah satunya dibawakan oleh tim Sanggar Harapan Jaya.
BACA JUGA:
Dilarang Sentuh Barang Bersejarah di Museum Sang Nila Utama Riau, Jika Melanggar..
Yuk Berkunjung ke Museum Raja Ali Haji
Mengenal Raja Ali Haji, Bapak Bahasa Indonesia Pencipta Gurindam 12
Saat tampil di salah satu event, teater Dulmuluk Sanggar Harapan Jaya cukup sukses membangkitkan suasana. Dengan bahasa logat khas Palembang yang lucu, serta alur cerita yang tidak membosankan.
Ada yang berperan sebagai pangeran, 2 orang Hadam (pelayan kerajaan), Mak Dayang (pengasuh putri kerajaan) dan Hulu Balang (pasukan berkuda).
Ditambah iringan musik dari tiga orang pemain musik gendang, biola dan bass, yang kian menguatkan alur ceritanya.
Teater jenaka berdurasi 30 menit ini, sukses menghibur para penonton. Pentas seni ini sudah menjadi momen langka, yang bisa ditonton warga Palembang.
Salah satu pemain teater Dulmukuk, Randi Putra Ramadhan (31) mengatakan, teater Dulmuluk mulai ada sejak abad ke-19. Di tahun 1865, masuklah karya-karya seniman Raja Ali Haji, dari Pulau Penyengat Kepulauan Riau (Kepri).
Salah satu sastra yang dikarang Raja Ali Haji adalah cerita Syaid Abdul Muluk. Sekitar tahun 1902, dibuatlah teater di masa Kolonial Jepang. Di tahun 1942, teater sudah mulai manggung di gedung-gedung, yang menceritakan tentang romusha.
“Lalu, Wak Nang Nong, seniman Palembang, mencetuskan pertama kali Dulmuluk, dari sastra Syaid Abdul Muluk. Dari situlah, Dulmuluk mulai dikenal dan tenar, dengan membawakan cerita-cerita kerajaan dan alur kisah Syaid Abdul Muluk karya Raja Ali Haji,” katanya, Sabtu (30/10/2021).
Sebagai generasi ke-4 penerus Dulmuluk di keluarganya, Randi berharap teater ini tak lekang oleh waktu dan bisa terus dilestarikan.
Randi yang berprofesi sebagai Guru Seni Budaya di SMK Muhammadiyah 2 Palembang ini juga, kerap mengajak mahasiswa seni dan koleganya, untuk bergabung berteater bersamanya.
“Ada beberapa mahasiswa yang tertarik ikut dan bergabung. Kini ada 30-an anggota teater di sanggar. Dengan memainkan teater Dulmuluk, ini cara kami untuk terus melestarikan kebudayaan Palembang, walau banyak sekali tantangan dan hambatannya,” ungkapnya.