Pulau Penyengat, Persembahan Mas Kawin untuk Engku Putri dari Sultan
TANJUNGPINANG, MELAYUPEDIA.COM - Belum ke Kepri bila belum singgah ke Pulau Penyengat. Begitulah gambaran mengenai pulau berukuran mini, yang penuh literasi sejarah, yang berada Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Pulau Penyengat menyimpan berbagai cerita masa lalu. Terutama terkait sejarah peradaban Nusantara.
Tak heran, setiap orang yang berkunjung ke Kepulauan Riau, kerap menyempatkan diri singgah ke pulau yang dianggap bertuah itu.
Konon, sejumlah pejabat tinggi di Kepulauan Riau, yang baru saja mengembang tugas, biasanya sering mampir ke pulau tersebut, meskipun sekadar untuk berziarah.
Di Penyengat, tidak saja terdapat situs-situs sejarah, tapi juga tertanam makam legendaris makam Engku Putri atau Raja Hamidah, permaisuri dari Sultan Kesultanan Riau III Mahmud Syah pada 1803.
Pulau Penyengat diyakini sebagai bukti cinta Sultan untuk Engku Putri yang cantik jelita. Pulau itu dipersembahkannya sebagai mas kawin saat mempersunting gadis tersebut.
Bak kisah bangunan bersejarah di India yang dikenal sebagai Taj Mahal. Yang kini menjadi salah satu warisan dunia yang disematkan UNESCO.
Selain makam-makam bersejarah, terdapat juga Masjid Raya Sultan Riau yang juga dikenal sebagai masjid legendaris.
Masjid itu berwarna kuning. Bercorak melayu. Konon dibuat dari putih telur. Namun dalam sejarahnya, awal pendirian masjid itu berbahan kayu.
Pulau Penyengat terletak di Kota Tanjungpinang. Namun posisi terpisah dari Kota Tanjungpinang.
Untuk mencapai ke sana, menempuh kendaraan laut sejenis pancung. Butuh waktu sekitar 10 menit untuk tiba di sana dari pelabuhan rakyat Kota Tanjungpinang.
Setelah sekian ratus tahun berlalu, Pulau Penyengat kini lebih menjadi destinasi wisata sejarah. Salah satu situs yang sering dikunjungi adalah masjid raya dan makam para leluhur Sultan Kesultanan Riau.
Bila tiba di sana, para becak motor, yang dioperasikan warga setempat, akan mengajak Anda berjalan-jalan ke sejumlah situs sejarah tersebut.
Terutama ke makam para zuriat Kesultanan. Terdapat sejumlah makam. Paling mencolok makam Raja Hamidah atau Engku Putri.
Di sana, biasanya para pengunjung diminta berdoa untuk para arwah.
Asal-usul Nama Pulau Penyengat
Pulau Penyengat bukan lah pulau seperti di film-film fiksi, yang tiba-tiba muncul. Sejarahnya, pulau ini menjadi persinggahan para pedagang dan pelaut dari berbagai penjuru dunia.
Mereka mencari pasokan air untuk diminum di perjalanan. Nah, tak heran di pulau itu, terdapat sumur peninggalan berukuran cukup besar.
Pulau dengan luas sekitar dua kilometer persegi itu berdasarkan legenda dinamakan Pulau Penyengat setelah dihuni semacam lebah yang disebut penyengat. Kumpulan lebah itu menyengat para pelaut yang singgah untuk mengambil air minum.
Mengenai Masjid Raya Sultan Riau, menurut sejarawan Raja Hamzah, pulau literasi yang kaya akan sejarah dan asal dari Gurindam 12 itu, pada mulanya dibangun pada tahun 1803.
Masjid adalah salah satu kelengkapan istana yang dibuat sultan untuk permaisurinya Raja Hamidah atau Engku Putri. Sebagai hadiah pernikahan.
Kemudian di tahun 1832 Yang Dipertuan Muda VII yaitu Raja Abdurrahman mengajak semua warga gotong royong membangun masjid.
Gudang Mesiu Peninggalan Kerajaan Riau Lingga
Di sana juga terdapat Gedung Mesiu peninggalan Kesultanan Riau Lingga. Gunanya, menyimpan mesiu pada zaman tersebut. Tempat itu menyimpan senjata api dan serbuk amunisi, meriam. Dibangun pada era Yang Dipertuan Muda Raja Abdurrahman. Gedung bergema dibuat dengan bahan yang sangat tebal.
Istana Kantor Penyengat
Selain Gedung Mesiu, juga di Pulau Penyengat terdapat Benteng Bukit Kursi. Benteng ini dibangun pada 1782 lebih tepatnya saat pemerintahan Sultan Mahmud Riayatsyah Yang Dipertuan Besar Riau-Lingga-Johor-Pahang dan Raja Haji Fisabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV.
Saat perang antara Kerajaan Riau-Johor melawan Belanda, Benteng Bukit Kursi jadi salah satu benteng pertahanan utama yang menjaga setiap kapal yang akan masuk ke pusat Kerajaan Riau Johor di hulu Sungai Riau.
Perjalanan berlanjut ke Kompleks Makam Raja Abdurrahman Yang Dipertuan Muda Riau VII yang memerintah pada 1832 hingga 1844 Kerajaan Riau Lingga. Beliau menggantikan sang ayah, Raja Jakfar Yang Dipertuan Muda Riau VI.
Kemudian tur menyambangi Situs Istana Kantor yang merupakan bekas kediaman Raja Ali Marhum Kantor atau Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII di Pulau Penyengat. Bangunan ini berfungsi sebagai istanana, kantor tempat Raja Ali menjalankan pemerintahannya.
Masih ada lagi gedung bersejarah lainnya. Namanya Gedung Tabib. Dinamakan Gedung Tabib karena fungsinya sebagai rumah sakit.
Selain itu gedung itu juga juga menjadi tempat tinggal Raja Daud Bin Raja Ahmad Bin Raja Fisabilillah.
Bukan tanpa alasan bangunan ini disebut Gedung Tabib. Adalah karena Tabib Raja Daud merupakan seorang tabib melayu yang tersohor pada zaman Kesultanan Riau Lingga.
Sebagai ahli dalam ilmu tabib atau pengobatan melayu, Raja Daud juga seorang penulis. Beliau menulis Kitab Ilmu Tabib Melayu serta menyusun beberapa syair melayu.
Tempat Lahir Gurindam 12
Selain itu ada juga Makam Pahlawan Nasional, Raja Ali Haji. Tokoh yang sangat dikenal di Tanah Melayu. Sejatinya, Raja Ali Haji lahir pada 1808 di Selangor, Malaysia kemudian wafat pada 1873 di Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Raja Ali Haji
Karya sastra Gurindam Dua Belas dengan 12 pasal menjadi karya fenomenal Raja Ali Haji. Gurindam 12 berisi petuah-petuah tentang kehidupan hingga berbakti kepada orangtua.
Ada lagi namanya Tapak Rusydiah Club dan Percetakan yang jadi tempat berkumpul cendekiawan sekitar 1890 bernama Rusydiah Club Riouw Pulau Penyengat.
Pada tapak ini pernah berdiri Gedung Rusydiah Club dan Kantor Percetakan milik Kesultanan Riau Lingga yang mencetak sejumlah karya penulis Riau Lingga dari akhir abad 19 hingga dekaade pertama abad 20.
Berlanjut ke Tapak Istana Kedaton, yang awal mulanya sebagai istana Yang Dipertuan Muda Riau X, Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi periode 1858 hingga 1899. Setelah beliau tiada, istana diwariskan pada anaknya, Sultan Abdulrahman Muazamsyah, sultan terakhir Kerajaan Riau-Lingga pada 1885 hingga 1911.
Lalu diakhiri ke Rumah Raja Haji Abdullah yang merupakan bangunan bekas Raja Haji Abdullah yang juga dikenal dengan Abu Muhammad Adnan atau Engku Haji Lah. Beliau adalah salah seorang cucu pujangga besar Raja Ali Haji.
Raja Haji Abdullah pernah menjadu hakim pada Mahkamah Besar Kerajaan Riau-Lingga di Pulau Penyengat. Setelah Kerajaan Riau dihapuskan Pemerintahan Kolonial Belanda pada 1913, Raja Haji Abdullah diangkat menjadi Hakim Syariah.
Menikah dengan mas kawin sebuah pulau yang kini dikenal dengan nama Pulau Penyengat. Itulah yang diterima Raja Hamidah yang kemudian dikenal sebagai Engku Puteri Raja Hamidah setelah dipersunting menjadi peramaisuri Sultan Kasultanan Riau III Sultan Mahmud Syah pada 1803.
Engku Puteri Raja Hamidah dikenal sebagai pemegang regalia atau alat kebesaran Kesultanan Riau Lingga. Dengan begitu, Engku Puteri Raja Hamidah memiliki kewenangan untuk memilih sultan yang akan menduduki tahta.
Dijelaskan bahwa Engku Puteri Raja Hamidah merupakan putri dari Yang Dipertuan Muda (YDM) Riau IV, Raja Haji Fisabilillah. Setelah menikah dengan Sultan Mahmud Syah dan diberikan Pulau Penyengat, ia kemudian bermukim di pulau tersebut hingga akhir hayat pada 1844.
Hingga saat ini, banyak keturunan Engku Puteri Raja Hamidah yang dimakamkan di tempat tersebut. Engku Puteri Raja Hamidah sendiri dimakamkan di kompleks pemakaman Dalam Besar.
Pada kompleks tersebut, juga dimakamkan Raja Ali Haji yang dikenal sebagai pengarang Gurindam Dua Belas dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Di kompleks itu pula dimakamkan Raja Ahmad dan Yang Dipertuan Muda (YDM) Riau IX, Raja Abdullah.
Menyimak nama Pulau Penyengat sendiri memiliki sejarah cukup unik. Pulau tersebut cukup spesial karena memiliki banyak sumur sebagai sumber mata air tawar. Keunikan inilah yang membuat banyak nelayan berlabuh untuk mengambil perbekalan air bersih. Tapi tidak disangka, kelompok nelayan tersebut diserang kawanan mirip lebah yang menyengat. Hingga kemudian nama Penyengat disematkan pada pulau yang harus ditempuh 15 menit berkendara perahu dari Pulau Bintan Kepri ini.